Tema : Aku telah Berdosa !!!
Pembuka
:
Syalom.
Bapak, Ibu sidang Jemaat yang dikasihi Tuhan. Senang sekali saya melihat kita
semua dalam kebersamaan pada hari ini. Baiklah Bapak/Ibu sidang jemaat Tuhan,
nast yang menjadi dasar renungan kita pada hari ini diambil dari Alkitab
Perjanjian Lama, yakni 2 Samuel 12 : 1-13. Sebenarnya perikop ini cukup panjang
tapi saya batasi sampai ayat yang ke 13 saja.
Sidang
jemaat yang dikasihi Tuhan, saya rasa diantara kita ditempat ini, sudah pasti
pernah mendengar tentang siapa Daud, apa yang dilakukannya, kebesarannya, dan
ketenarannya dalam memimpin sebagai raja Israel. Bahkan beberapa Raja-raja
Yehuda setelah dia, keberhasilan mereka memimpin selalu distandarkan dengan
kata “ia memimpin dan melakukan apa yang benar dimata Tuhan seprti Daud nenek
moyangnya/leluhurnya” itulah gambaran apabila seorang raja yang memimpin di
Yehuda berjalan dengan baik sesuai dengan kehendak Allah pasti mereka diukur
dan disamakan dengan Daud. Tetapi Bapak, Ibu sekalian dalam nats yang baru saja
kita baca, kita bisa dapati bahwa ternyata raja Daud sendiri tidak lolos dengan
sempurna sebagai orang yang benar-benar taat
kepada Allah. Dia ternyata dalam suatu peristiwa perlu diperingati juga
oleh Allah melalui nabi Nabi Natan.
Mengapa
Daud diperingati saudara-saudara,?? kita bisa melihat sedikit kebelakang
tentang apa yang dilakukan Daud terhadap Uria dan Betsyeba. Daud yang
kaya-raya, seorang raja yang agung dan bijak ternyata telah melakukan dosa
dengan mengambil Betsyeba yang adalah
isteri dari Uria. Dan sadisnya, jalan yang ia tempuh harus melalui cara
mengorbankan di medan perang Uria demi menutupi aibnya sendiri.
Perbuatan
Daud mengusik kekudusan Allah saudara-saudara. Oleh karena itu Nabi Natan, yang
memberitahukan janji bahwa Kerajaan Daud akan kokoh selama-lamanya (2 Samuel
7:16), kini menyampaikan celaan Tuhan terhadap dia.
Hal
itu Natan sampaikan dengan perumpamaan
yang bisa kita lihat 2 Samuel 12 : 1-7: Perumpamaan itu
menggambarkan dimana ada seorang miskin ( Uria ) yang memiliki hanya seekor domba betina (Batsyeba) direbut oleh seorang
kaya (Daud) ketika “tamunya” ( hawa nafsu ) datang kepada dia. Gambaran
keakraban antara domba dan pemiliknya dalam kehidupan sehari-hari, mencerminkan
kebahagiaan perkawinan yang dirusak oleh egoisme dan kekejaman Daud. Dan hal
itulah yang saya katakana mengusik kekudusan Allah. “Tamu” yang dimaksud dalam
ayat 4, maksudnya adalah hawa nafsu yang datang. Pada saat kedatangan
“tamu” dan hendak meladeni/menjamu “tamunya” itu si Kaya tidak mengambil
domba-dombanya sendiri melainkan merampas domba satu-satunya dari si Miskin
itu. Meskipun dalam perumpamaan itu tidak dikatakan apa-apa tentang pembunuhan,
Daud tiba-tiba menyela dan menyatakan bahwa orang kaya itu harus mati. Ia juga
mengatakan bahwa domba itu harus diganti empat kali lipat.
Saudara-saudara,
saya nggak tau nich ya, apakah itu secara tidak sengaja ternyata Daud
meramalkan sendiri kematian anak-anaknya, yakni seperti yang kita ketahui
adalah : anak pertamanya dengant Betsyeba, Amnon, Absalom dan kemudian Adonia.
Mungkin itu hanya peristiwa kebetulan saja ya bapak/ibu.
Ketika
menyampaikan Firman Tuhan, Natan menyebutkan semua kebaikan yang telah Tuhan
berikan kepada Daud; Pemerintahan atas Yehuda-Israel, istri-istri Saul,
kenyataan yang sebelumnya tidak pernah disinggung. Apakah semuanya itu belum
cukup? Tuhan pasti akan menambahkan seandainya Daud memintanya (ayat 8 ).
Sebenarnya Tuhan amat menyayangi Daud. Tetapi, Daud ibarat anak yang bandel ya
Bapak, Ibu, yang tidak bisa dikendalikan. Ia telah mengkianati kemurahan Tuhan
baginya, dengan mengambil hak orang lain dalam hal isteri Uria itu.
Kisah
yang ditulis dalam pasal sebelumnya yakni 2 Samuel 11 & 12 mencatat
kegagalan rohani yang serius dari Daud dan hukuman Allah atasnya untuk seumur
hidupnya. Pengalaman hidup Daud tersebut bisa kita ambil sebagai suatu contoh.
Kisah dosa-dosa dan aneka kejadian yang menyusul dalam kehidupan pribadi dan
keluarga Daud menjadi suatu peringatan dan contoh yang serius untuk setiap
orang percaya, bukan hanya untuk bangsa Israel. Pengalaman Daud menunjukkan
bagaimana jauhnya seorang dapat jatuh apabila dia berbalik dari Allah dan
pimpinan-Nya dan mulai mengandalkan diri sendiri dalam suatu tindakan. Ketika
Allah mula-mula memanggilnya untuk menjadi raja, Daud menjadi orang yang
berkenan di hati Allah; akan tetapi dengan membunuh Uria dan mengambil istrinya
adalah penghinaan terhadap kekudusan Allah. Allah sudah memberikan segalanya bagi
kita, dan itu mungkin saja tidak terlihat wow begitu seperti yang Daud miliki,
tetapi karunia Allah ada pada setiap orang.
REFLEKSI:
Lalu
apa pelajaran yang bisa kita ambil dari Kisah Daud yang diperingatkan oleh
Natan diatas. Jika kita adalah seorang yang pernah melakukan tindakan yang mengusik
kekudusan Allah, misalnya berzinah, mencuri, mengambil hak orang lain (korupsi,
menipu dsb). Kita diingatkan Allah melalui nats ini. Bahwa siapapun kita,
apakah kita adalah : seorang raja, presiden, gubernur, bupati, kepala desa,
ataupun rakyat biasa, jika kita merasa pernah melakukan hal-hal yang mengusik kekudusan Tuhan dengan tindakan dosa
tersebut maka mari kita sadari dan melihat respon Allah terhadap dosa yang kita
lakukan.
Allah
membenci yang namnya dosa. Allah tidak akan membiarkan orang-orang pilihanNya
hidup dalam dosa. itu sebabnya Allah mengutus nabi Natan kepada Daud. Allah
memakai Natan untuk menegur dosa yang telah dilakukan Daud. Allah tidak pernah
berkompromi dengan hamba-hambaNya yang telah melakukan dosa. Ia akan memberikan
teguran agar mereka dapat bertobat dan kembali pada jalanNya. Sekalipun tidak
ada yang tahu dosa apa yang telah kita lakukan, namun mata Tuhan tidak pernah
lepas memandang kehidupan kita setiap detik dan waktu. Kita tahu
handycome/kamera untuk merekam, kalau alat itu ada di sebuh ruangan, maka alat
itu dapat merekam setiap gerak-gerik saudara tanpa sepengetahuan sudara. Jika
sudah direkam maka tidak bisa diulang apa saja yang telah terjadi. Sadarlah apa
yang kita lakukan akan disorot oleh kameranya Tuhan. Begitu cerdik, licik dan
terencana dengan baik apa yang Daud lakukan ia tetap terdetekksi oleh Tuhan.
Lalu
bagaimana sikap Daud menerima teguran yang cukup keras? Daud tidak mengelak,
tidak berbantah, tidak membuat alasan tetapi Daud memberikan respon yang sangat
baik. Ia menerima teguran dari Tuhan dan mengakui bahwa ia bersalah. Tidak
mudah baginya mengakui bahwa dirinya berdosa dihadapan Tuhan maupun rakyat.
Tetapi Daud sungguh pemimpin yang sejati dan berjiwa besar. Ia tidak takut
kehilangan popularitasnya, pendukungnnya, atau jabatannya karena harus mengakui
kesalahan yang diperbuatnya. Karena Daud tahu betul bahwa posisi dan jabatan,
keberhasilan dan kesuksesan datangnya dari Tuhan. Daud pun menyadari bahwa yang
membangun kerajaanya adalah Tuhan. Daud belajar untuk rendah hati dan tidak
takut kehilangan segala sesuatu yang dia miliki.
Kita
bisa respon Daud :
Lalu
berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada Tuhan." Dan
Natan berkata kepada Daud: "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau
tidak akan mati."
(ayat 13)
Dalam hal ini reaksi kita yang benar terhadap dosa ialah :
·
1. Bertobat
dengan sungguh-sungguh. Jangan memberikan kesempatan kepada “tamu asing” yang
merupakan hawa nafsu dunia mengusai diri kita kembali.
· 2.
menghampiri
Allah dengan doa untuk menerima pengampunan, kasih karunia, dan kemurahan-Nya. Serta
bersedia menerima hukuman Allah tanpa dendam atau pemberontakan.
·
3. Rendah
hati dalam menerima teguran Allah yang mungkin saja disampaikan oleh rekan,
sahabat, orang tua, isteri atau pacar maupun orang-orang disekitar kita.
Sebagaimana
Raja Daud Bertobat dengan sungguh-sungguh dari dosanya. Marilah kita belajar seperti Daud yang memiliki kerendahaan
hati untuk menerima teguran dan mau mengakui kesalahannya. Banyaknya orang yang
akan mengikuti saudara sebagai pemimpin bukan karena keberhasilan yang saudara
raih, tetapi karena berani menerima teguran dan mengakui kesalahan. Dalam hal
ini peringatan Allah melalui Nabi Natan kepada Daud boleh menjadi sebuah pesan
yang memberikan ruang kepada kita untuk SEGERA bereaksi dengan cepat berbalik
kepada Allah dengan sungguh-sungguh dari dosa kita. Yang mau demikian katakana
Amin untuk firman Tuhan.
“Aku
Telah Berdosa”
Dibuat
Untuk Memenuhi Tugas Final Test
Mata
Kuliah : Praktek Khotbah 1
Dosen
Pengampu
Pdt.
Tahan M. Cambah, M.Th
Oleh : Hendri
NIM : 10.
15. 52
Sekolah
Tinggi Teologi
Gereja
Kalimantan Evangelis Banjarmasin
November
2012