Senin, 17 September 2012

Yesus Penghibur Kaum Homoseksual


BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil sebuah riset ilmiah, setiap individu mempunyai potensi menjadi seorang homoseksual.[1] Namun, tingkatannya berbeda satu sama lainnya. Karena kecenderungannya sangat kecil, kita terkadang tidak merasakanpotensi ini. Akan tetapi, jika kecenderungan itu berlanjut, seperti mengagumi, tertarik, kemudian terangsang terhadap sesama jenis, maka orang tersebut bisa dikatakan sebagai homoseksual.
            Homoseksual merupakan perilaku sesama jenis yang hadir dari gangguan orientasi seksual seseorang. Perilaku seksual ini biasanya dikategorikan antara gay (sesama laki-laki) atau lesbi (sesama perempuan). Berdasarkan pada pedoman dan penggolongan diagnose gangguan jiwa (PDDGS)perilaku homoseksual merupakan gangguan kejiwaan yang muncul berdasar factor genetic.[2]
            Kaum homoseksual adalah suatu komunitas yang dicap sebagai “penyebar virus” yang mematikan oleh sebagian besar masyarakat. Keberadaan mereka meresahkan warga di sekitar tempat mereka tinggal. Sebab, mereka dianggap penyebar virus mematikan yaitu HIV/AIDS. Dalam makalah sederhana ini penulis mencoba menguraikan latar belakang dan gambaran umum homoseksual, apa kata Alkitab tentang homoseksual? Peran Yesus sebagai penghibur kaum homoseksual, dan peran gereja dalam menyikapi keberadaan mereka yang sulit diterima bahkan tidak diterima oleh masyarakat luas.









BAB II
GAMBARAN UMUM HOMOSEKSUALITAS
  1. Sekilas Sejarah Homoseksualitas
Ungkapan seksual dan cinta erotis sesama jenis telah menjadi suatu corak dari sejarah kebanyakan budaya yang dikenal sejak sejarah awal. Bagaimanapun, bukanlah sampai abad ke-19 bahwa tindakan dan hubungan seperti itu dilihat sebagai orientasi seksual yang bersifat relative stabil. Penggunaan pertama kata homoseksual yang tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbery.[3] Dan kemudian dipopulerkan penggunaanya oleh Richard Freiherr Van Krafft-Ebing pada bukunya Psychopathia Sexualis.
            Di tahun-tahun sejak Krafft-Ebing, homoseksualitas telah menjadi pokok kajian dan debat. Mula-mula dipandang sebagai penyakit untuk diobati, sekarang lebih sering diselidiki sebagai bagian dari suatu proyek yang lebih besar untuk memahami ilmu hayat, ilmu jiwa, politik genetika sejarah dan variasi budaya dari identitas dan praktek seksual. Status legal dan social dari orang yang melaksanakan tindakan homoseks atau mengidentifikasi diri mereka gay atau lesbian.

  1. Pengertian Homoseksual
Homoseksual mengacu pada interaksi social dan romantic antara pribadi yang berjenis kelamin sama kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan inti atau hubungan seksual di antara orang berjenis kelamin sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai gay atau lesbian.[4] Homoseksualitas sebagai suatu pengerai, pada umumnya dibandingkan dengan hetereoseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah suatu istilah tertenut yang digunakan untuk menunjuk kepada pria homoseks. Sedangkan lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk menunjuk kepada wanita homoseks.
            Homoseksualitas berarti hubungan seks dengan sesama jenis, sedangkan homoseksual berarti hubungan seks dengan lawan jenis. Homoseksual berasal dari bahasa Yunani “homoos” berarti sama. Praktek homoseksual biasanya diawali dengan homofilia (jatuh cinta pada sesama jenis). Kemudian berkembang menjadi prkatek homoseksual (praktek hubngan seksual dengan sesama jenis).[5]
Homoseksual dapat mengacu kepada:
  • Orientasi yang ditandai dengan kesukaam seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.
  • Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orietasi seksual atau identitas gender.
  • Identitas seksual atau identifikasi diri yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.[6]
Berbagai teori pernah dikemukakan tentang penyebab terjadinya homoseksualitas. Teori psikoanalisa tradisional meyakini bahwa homoseksualitas disebabkan oleh trauma masa kanak-kanak yang menyebabkan konflik intrafisik sehingga penahan perkembangan psikoseksual. Richad Isay berpendapat bahwa homoseksualitas adalah pembawaan dan dpengaruhi oleh pengaruh-pengaruh biologis prenatal. Richad Isay adalah salah seorang seksolog modern yang menentang teori diatas.[7]

Dibawah ini aka dipaparkan pendapat para ahli seksolog modern perihal homoseksualitas:
·   Jhon Money, meyakini bahwa homoseksualitas adalah suatu variasi normal dalam pengungkapan seksual dan berkembang secara alamiah dan dipenuhi oleh interaksi prenatal dengan peristiwa-peristiwa disekitar pada periode krisis tertentu, walaupun diakuinya bahwa mengkronismenya belum diketahui.
·   Alan Bell, Martin Weinberg, dan Sue Hammersmith, lebih berfokus pada kemungkinan bahwa masalah heteroseksual dan homoseksual terkait dengan factor-faktor biologis, banyak penelitian dilakukan tentang kaitan homoseksual dengan factor-faktor biologis seperti hormaon, neuronatomi dan genetika, namun belum ada yang memberikan jawaban yang sangat memuaskan.

Dibawah pengaruh penelitian Alfred Kinsey di tahun 1940-an dan 1950-an tentang orientasi dan perilaku seksual, para ilmuwan meyakini bahwa homoseksualitas terkait dengan penyakit. Bertolak dari pandangan itu, di tahun 1970-an di Amerika Serikat, para ahli psikiatridalam diagnistik mereka mengklasifikasikan homoseksual sebagai penyakit mentalitas yang menyimpang. Akan tetapi, di tahun 1980-an pengklasifikasian ini diubah walaupun kemungkinan adanya keterkaitan antara perilaku homoseksual dengan penyakit masih diakui. Banyak orang beranggapan (ilmuwan maupun masyarakat awan) bahwa homoseksualitas merupakan akibat dari suatu proses perkembangan abnormal yang didorong oleh beberapa jenis patologi.[8]
Definisi sendiri adalah kelainan terhadap orietasi seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis atau identitas gender yang sama. Istilah yang sudah umum dikenal masyarakat untuk orang yang termasuk homoseksual adalah gay (laki-laki) dan lesbian (perempuan).[9]

  1. Demografi Homoseksualitas dan Prevalensi
Prevalensi homoseksualitas  di masa modern ini secara signifikan bervariasi. Data yang dikumpulkan diperumit oleh berbagai definisi yang digunakan dalam homoseksualitas serta adanya flukuasi dalam jangka waktu dan tempat.[10] Secara umum diperkirakan jumlah kaum lesbian dan homo di dalam masyarakat adalah 1%-10% dari jumlah populasi, menurut laporan pada tahun 1984 Kontroversi Kinsey Report melaporkan, menyebutkan bahwa setidaknya 37% pria dari total keseluruhan pria setidaknya mengalami pengalaman seks pria bersama pria lainnya, dan 4% di dalamnya adalah secara eksklusif homoseksual. Pada wanita, Kinsey menemukan dari 2% hingga 5%.
            Secara fakta, banyak kaum homoseksual yang menyembunyikan identitasnya—sehingga mempersulit akurasi laporan. Banyak laporan yang beredar belakangan ini mengatakan dari dari 2% hingga 3,3% dari populasi pria adalah homoseksual secara eksklusif.[11]


  1. Homoseksual Ditinjau Dari Perspektif Ilmiah
Berikut adalah tingkatan orientasi seksual berdasarkan skala Skinsey:[12]
No.
Orientasi Seksual Keterangan
Keterangan
1.
Heteroseksual eksklusif
-
2.
Heteroseksual predominan
Heteroseksualnya Cuma kadang-kadang
3.
Heteroseksual predominan
Homoseksualnya lebih jarang-jarang
4.
Heteroseksula & Homoseksual
Seimbang (biseksual)
5.
Homoseksula predominan
Homoseksualnya lebih dari kadang-kadang
6.
Homoseksual predominan
Homoseksualnya Cuma kadang-kadang
7.
Homoseksual eksklusif
   -


Berdasarkan kajian ilmiah,beberapa factor penyebab orang menjadi homoseksual dapat dilihat dari:
a)        Susunan Kromosom
Perbedaan homoseksual dan heteroseksula dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan 1 kromosan x dari ibu dan 1 kromosaom x dari ayah sedangkan pada pria mendapatkan 1 kromosom x dari ibu dan 1 kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria.
            Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita Sindrom Kinefelter yang memiliki 3 kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diatara 700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempuyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.
b)        Ketidakseimbangan Hormon
Seorang pria memiliki hormone testoteron, tetapi juga memiliki hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesterone. Namun, kadar hormone pada wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormone estrogen dan progesterone yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.
c)        Struktur Otak
Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membrane yang cukup tebal dan pada gay males, struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini biasanya disebut lesbian.
d)        Kelainan susunan Syaraf
Berdasarkan hasl penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi perilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.
e)        Factor Lain
Factor lain dapat menyebabkan orang menjadi homoseksual, sebagaimana diungkapkan oleh prof. DR. Wimpie Pangkahila (pakar andrologi dan seksologi) selain factor biologis (kelainan otak atau genetik), adalah factor psikodinamik, yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak, factor sosio-kultural, yaitu adanya adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alas an yang tidak benar, dan trakhir adalah factor lingkungan, dimana memungkinkan dan mendorong hubungan para pelaku homoseksual menjadi erat.
            Dari keempat factor tersebut, penderita homoseksual yang disebabkan oleh factor biologis dan psikodinamik memungkinkan untuk tidak dapt disembuhkan menjadi heteroseksual. Namun jika seorang menjadi homoseksual karena factor sosio-kultural dan lingkungan, maka dapat disembuhkan menjadi heteroseksual, asalkan orang tersebut mempunyai tekad dan keinginan kuat untuk menjauhi lingkunan tersebut.[13]
            Sikap etis terhadap kaum homoseksual masih sangat dipengaruhi oleh pandangan lama bahwa homoseksualitas adalah “penyakit” atau “keadaan abnormal” atau “penyimpangan”. Sebab itu, ajaran masih banyak ditekankan pada “pertobatan” dari pelaku homoseksual ke heteroseksual yang dianggap hubungan seksual yang normal dan sehat.[14]
            Sikap etis orang tua, para professional dan sikap agamawan juga sangat dipengaruhi oleh opini masyarakat tentang masalah homoseksualitas. Namun demikian, khusus untuk para professional, sikap mereka banyak pula tergantung pada ketidakmampuan mereka menolong para pelaku homoseksual untuk meninggalkan orientasi mereka. Terutama sekarang ini, dengan merebaknya HIV/AIDS kaum homoseksual disorot sebagai salah satu biang kerok penyebaran virus mematikan tersebut. Kenyataan ini memperburuk posisi kaum homoseksual dan menyebabkan mereka terus menjadi stigmata.[15]

  1. Homoseksual menurut Alkitab
Teks-teks Alkitab memandang praktek homoseksual sebagai sewsuatu yang negative. Hubungan seksual dengan sesame jenis dianggap sebagai kekejian (Imamat. 18:2). Perlindungan yang dilakukan oleh Lot terhadpa tamunya sambil menyerahkan kedua putrinya kepada orang yang meminta tamunya itu untuk dipakai adalah kaum homoseksual (Kej. 19:5). Istilah “dipakai” berarti melakukan hubungan seksual dengan cara homo, yang secara tersirat dikutip juga dalam Yehezkiel 16:49, dengan menunjuk perbuatan orang Sodom itu sebagai kekejian, yaitu kata yang sama dipakai dalam Imamat 18:22 diatas yang menunjuk kepada perbuatan homoseksual.[16]
            Dalam PB, praktek homo orang Sodom dikritik juga dalam Yudas 7, sebagai sumber penghukuman Allah. Praktek homoseksual sudah menjadi sesuatu hal yang biasa dikalangan masyarakat Kanaan. Dari praktek yang dilakukan orang Sodom tersebut, muncul istilah Sodomi (salah satu cra kaum homoseksual melakukan hubungan seksual, yaitu melalui anus).
            Dalam PB, perbuatan homoseksual juga dipandang sebagai sesuatu perilaku negative atau persetubuhan yang dipandang tidak wajar/negative. Persetubuhan dengan cara homoseksual dipandang sebagai bukti pemberontakkan manusia kepada Allah (Rom. 1;26-27). Paulus dalam 1 Kor 6:9; 1 Tim 1:10 menyinggung bahwa praktek homoseksual adalah sikap atau perilaku dosa dan durhaka.
            Dibawah ini akan dipaparkan beberapa alas an mengapa perbuatan homoseksual dipandang negative bahkan dianggap perbuatan dosa:[17]
a)        Sebab dalam Alkitab, manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan untuk punya anak melalui perkawinan. Seks diberikan dalam konteks keluarga sejak awal. Hukum perkawinan menyebutkan bahwa “sebab itu seorang laki-laki meninggalkan ayah ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kis. 2:24). Mereka diberkati untuk melahirkan anak-anak melalui perkawinan (Kej. 1:26). “saru daging” mengandung makna hubungan seks secara heteroseksual (1 Kor.6:15-17). Hubungan seksual dengan homoseksual dipandang bagian dari penyimpangan hokum hubungan perkawinan.
b)        Larangan melakukan homoseksual selalu disebutkan dalam kerangka larangan untuk semua jenis penyimpangan seksual. Dalam konteks PL, dapat dipahami alasan larangan itu sebagai bagian dari upaya menghindarkan diri dari pengaruh praktek buruk dalam agama Kanaan, misalnya praktek prostitusi, bastialis, dan penyimpangan seksual lainnya (Imamat. 18:21-29; Bdk. Ulangan 23:17-18). Jadi, larangan praktek homoseksual terkait dengan penyembahan berhala. Alas an yang sama dikemukakan tentang konteks larangan/kecaman dalam Roma 1:26-27; 1 Tim 1:9-10 dan Yudas 7, yang berlatar belakang dari praktek penyembah berhala di dunia kafir.

Kemajuan dunia modern telah memungkinkan manusia semakin rasional dan masalah hubungan seksual dipandang sebagai suatu hak istimewa dan terkait dengan kerahasiaan setiap orang. Dalam kebebasannya, orang modern cenderung memandang hubungan seksual secara homo sebagai sesuatu yang wajar oleh yang menyukainya. Ia tidak lagi dipandang dosa dan karenanya tidak dianggap selaku perbuatan yang menyimpang.
Selain itu, pelaku homoseksual tidak sama latar belakangnya. Ada pelaku yang melakukannya karena alas an fisik, misalnya keadaan secara hormonal berpotensi feminine tetapi beralat kelamin maskulin atau sebaliknya.[18] Ada juga yang karena alas an psikologis, misalnya seseorang yang pernah dikecewakan oleh lawan jenisnyas sehingga mengarahkan cintanya pada sesama jenis. Ada pula karena alas an “ala bisa karena biasa”.[19] Termasuk kategori ini adalah mereka yang hidup dalam asrama dan penjara.
Masalah homoseksual sekarang ini menjadi hangat lagi setelah terindikasi bahwa hubungan homoseksual merupakan hubungan yang menjadi salah satu sumber penyebaran virus HIV/AIDS. Berbagai data kontemporer menunjukkan bahwa kelompok risiko tertinggi bagi penularan virus HIV/AIDS adalah pelaku homoseksual. Praktek homoseksual sering diakaitkan dengan penggunaan narkotika, yang menjadi salah satu sumber penyebaran virus HIV/AIDS yang sangat riskan. Anggapan mayoritas masyarakat awam memahami praktek homoseksual sebagai suatu penyakit fisik, psikis dan social yang sekaligus menjadi sumber penyakit mematikan.
Melihat realitas, kaum homoseksual terancam keberadaannyakarena mereka dicap sebagai penyebar virus mematikan HIV/AIDS. Stigma negatif terhadap keberadaan mereka membuat mereka tersudut, terpinggirkan bahkan dikucilkan dari kehidupan masyarakat. Jika homoseksual merupakan sebuah “penyakit”, keadaan abnormal, atau adanya kelainan semenjak dalam kandungan dan bukan keinginannya untuk berperilaku homoseks itu dosa besar? Sehingga ia dijauhi, dihina, bahkan dikucilkan. Ini menjadi penting karena sekarang ini keberadaan mereka cenderung tidak diperhatikan, dan dipedulikan.
Pertanyaan diatas menjadi renungan bagi setiap orang yang selalu memandang kaum homoseksual dari dampak keberadaannya (yang sekarang dianggap/disorot sebagai penyebar virus), tetapi tidak melihat secara mendalam apa latar belakang kemunculan homoseks/perilaku menyimpang. Homoseksual juga manusia yang membutuhkan perhatian, pengertian dan kepeduliaan dari orang lain mereka juga membutuhkan rasa tenang, nyaman dan kebebasan. Bukan stigma negative dan pikiran-pikiran negative lainnya. Ketika orang mengalami sakit bukan bukan cacian dan makian serta stima negative yang ia butuhkan tetapi “obat” dan penghiburan.

  1. DESKRIFSI YESUS SEBAGAI PENGHIBUR
Dari pemberitaan yang berkembang akhir-akhir ini, baik itu yang kita dengar dan lihat di media cetak, elektronik maupun informasi dari orang-orang disekitar yang sering mengusik telinga kita mengenai keberadaan homoseksual. Stigma negative “mengancam” keberadaan mereka. Kebenaran dan keadilan menjadi sulit mereka raih, hal itu menjadi krisis berkepanjangan sulit untuk mereka gapai dan capai sendiri, tanpa keterbukaan, toleransi dan berasa menjadi bagian dari orang lain.
            Kenyataan ini tentu menyudutkan keberadaan kaum homoseksual. Selain disorot sebagai penyebar virus HIV/AIDS, keterpinggiran, keterasingan dan dikucilkan berpotensi menimpa diri mereka. Mereka dianggap sumber penyakit mematikan. Sebab itu, mereka tidak diperhatikan, tidak dipedulikan, dibenci, dihina keberadaannya bahkan “dibasmi” dari lingkungan masyarakat.
           
               
             Disini Yesus hadir sebagai seorang penghibur untuk membantu dan menolong kaum homoseksual, agar mereka dapat bangkit kembali dan keluar dari pergumulan hidup nya.    



[1] http://budiridwin.wordpress.com/2008/03/05.ancaman.perilaku-homoseksual-copy-dari-lowwinilah.com/
[2] Bdk. Ibid. http://budiridwin.wordpress.com/2008/03/05.ancaman.perilaku-homoseksual-copy-dari-lowwinilah.com/
[3] Feray, Jean. Claude, Herzer, Manfred (1990).”Homosexual Studies and Politices In The 90th Century: Karl Maria Kertbery”. Journal Of Homosexuality, 19
[4] http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[5] Robert P. Borrong, Etika Seksual Kontemporer, (Bandung: Ink Media, 2006) 76
[6] Op. cit, http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[7] Ibid, http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[8] Robert P. Borrong, op. cit, hal 77
[9] Lih. Penjelasan Pada Paragraf Awal Pengertian Homoseksualitas
[10] Op. cit, http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[11] Ibid, http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/homoseksualitas
[13] Ibid, http://id.wikipedia.org/wiki/homoseksualitas
[14] Robert P. Borrong, op. cit, 78
[15] Robert P. Borrong, Ibid, 78
[16] Robert P. Borrong, Ibid, 79
[17] Robert P. Borrong, Ibid,80
[18] Robert P. Borrong, Ibid,81
[19] Robert P. Borrong, Ibid,81

Wujud dosa kaum beriman dalam PL


Pemahaman dan Wujud Dosa Kaum Beriman dalam 
Alkitab Perjanjian Lama
1.      Abraham (Kejadian 12-25:1-11)   
A
107861.jpgbram bin Terah adalah seseorang yang dipilih Allah dari silsilah Sem (kej 11:10-27;31-32).  Ia berasal dari Ur-Kasdim dan ia tidak tinggal menetap disana melainkan berpindah tempat[1] setelah peristiwa pemanggilannya. Panggilan itu adalah panggilan Allah yang memerlukan jawaban ketaatan karena bukan karena Abram adalah orang terbaik melainkan semata-mata atas kehendak Allah sendiri[2], sejak pemanggilan itu pula namanya menjadi Abraham (Kej 12). Dalam hidupnya ia adalah contoh terbaik dari iman yang hidup[3] karena senantiasa berharap pada pimpinan Allah, percaya akan janji Allah, mewarisi berkat Allah serta disebut sahabat Allah ( Yak 2:23). Sebagai bukti imannya tersebut ia rela mengorbankan Ishak yang adalah anak perjanjiannya dengan Allah, anak lelaki satu-satunya yang dimilikinya dan Sarah. Meskipun ia tidak mengetahui apa yang menjadi maksud Tuhan memerintahkannya berbuat demikian namun ia tetap melakukannya (Kej 22).
Sebagai bapa orang beriman Abaraham juga disebut sebagai  bapa orang berdosa karena ia berdusta dua kali tentang status istrinya. Pertama dalam Kejadian 12:10-20 ketika mereka ada di Mesir dan yang kedua adalah ketika Abraham di Tanah Negeb dalam Kejadian  20: 1-18. Sebenarnya kata-kata Abraham mengakui Abraham sebagai saudaranya tidak sepenuhnya salah karena memang benar Sarah adalah saudaranya (Bdk Kej 20:12) namun juga tidak sepenuhnya benar karena pada saat itu Sarah sudah menjadi istrinya. Jadi, sekalipun kata-kata itu sebetulnya tidak salah, tetapi karena maksud hati Abraham adalah menipu/berdusta, maka hal itu adalah dosa! Semua dilakukannya karena Abraham takut dibunuh sehingga Abimelekh dan Firaun mengambil Sarah menjadi istrinya, selain karena kecantikan Sarah (Kej 12:14-15) juga karena ingin menjalin hubungan dengan Abraham karena kekayaan yang dimilikinya (Bdk Kej 13:2). Kemudian hal ini berakibat buruk bagi Abraham karena Sarah diambil menjadi istri orang lain bahkan menjadi halangan bagi rencana Allah yang akan memberikan anak pada Abraham dan rencana Allah tentang Mesias yang akan lahir berdasarkan garis keturunan Abraham dan Sarah sendiri.
2.      Musa (Keluaran, Bilangan, Ulangan)
Musa atau hv,êmo Masha yang artinya adalah menarik atau mengangkat [4] adalah keturunan Lewi yang lahir pada saat penindasan Mesir oleh Firaun. Ia dipanggil oleh Allah pada saat ia dalam pelariannya ke tanah Midian sewaktu ia menggembalakan kambing domba milik mertuanya Yitro. Ia adalah seorang nabi yang ideal, hamba Allah yang sebenarnya dan pengantara yang sangat dipercaya untuk menyampaikan Firman Allah kepada manusia (Bil 12:1-5; Ul 18:15-22), ia dianggap sebagai perantara segala hal yang banyak terjadi di Israel antara lain tahun Keagamaan Yahudi, semua upacara dan pestanya (Kel 23:14,dst ; 34:22-24 ; Im 23 ; Ul 14), persembahan korban, hukum-hukum, dan peraturan-peraturan[5] bahkan ia lah orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk membawa Israel keluar dari Mesir dengan segala kekuatan dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya.
Sebagai orang pilihan Allah, Musa bukanlah orang yang sempurna. Dibalik semua kelebihannya Musa juga adalah orang yang berdosa. Dosa nya yang pertama adalah ia membunuh orang Mesir meski hal itu dilakukan karena ia membela bangsanya. Namun tetap saja hal itu adalah jahat sehingga ia takut dan lari ke tanah Midian (Kel 2:15). Karena hal tersebut ia dipandang tidak cocok untuk menjadi pahlawan[6], akibat yang dia timbulkan dari dosanya itu adalah ia menjadi buronan orang Mesir. Dosa kedua yang ia lakukan bahkan fatal adalah saat Musa dan bangsa Israel ada di mata air Meriba. Dalam hal ini ada dua point kesalahan yang musa lakukan.
a.       Pengambil alihan tempat Allah
Bilangan 20:10Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah KAMI harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"
 Kata kami dalam hal ini merujuk pada Musa dan Harun (tapi dalam hal ini tetap berfokus pada Musa) dianggap menghina kekudusan Allah dengan menempatkan diri sama dan sejajar dengan Allah, karena pada saat itu Musa yang marah dengan bangsa Israel yang bersungut-sungut dan bukan Allah. Acuan kata ini seolah-olah selama ini Musa lah yang menimbulkan keajaiban-keajaiban serta menolong bangsa itu dan bukan Allah. Akibatnya Musa (dan Harun) tidak boleh memasuki tanah Perjanjian.
b.      Penyimpangan perintah
Bilangan 20:8 "Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; KATAKANLAH di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya."
musa-memukul-batu-lalu-keluar-air-bil-20.jpg Allah menyuruh  Musa memerintah bukit batu itu agar mengeluarkan air dan yang dilakukan Musa adalah memukul bukit batu itu sebanyak dua kali.  Namun, sebagaimana kita ketahui dalam ayat ini, Musa mengambil-alih kedudukan Allah, baik melalui kata maupun tindakan. Walaupun memang Batu itu tetap mengeluarkan air yang cukup diminum oleh bangsa Israel saat itu bahkan ternak mereka pun minum (ayat 11) tetapi jelas Musa tidak melakukan perintah "persis" seperti yang ditetapkan Allah.
3.      Raja- raja Israel
Sebelum munculnya raja-raja yang memimpin Israel, bangsa itu dipimpin oleh hakim-hakim yang memimpin suku-suku Israel. Kerjasama antar suku/bangsa adalah ketika mereka diserang maka akan muncul seorang hakim yang akan memimpin mereka dan begitu seterusnya hingga suku-suku tersebut menuntut adanya seorang raja pada Samuel (1 Sam 8:5-20) untuk memerintah mereka, menghakimi bahkan memimpin mereka dalam perang[7] melawan bangsa yang ingin menyerang mereka (contohnya Filistin, Moab, Amalek, Aram, dan lainnya).
Alasan bangsa itu meminta dilantiknya seorang raja adalah karena pada saat itu Nabi Samuel yang dianggap sebagai kepala pimpinan agamaniah bangsa Israel sudah lanjut usia dan anak-anaknya tidak seperti Samuel, kemudian karena mereka ingin seperti bangsa-bangsa lain yang punya seorang raja yang mempimpin mereka dan yang paling fatal adalah mereka menolak Allah[8], dalam artian mereka tidak menyadari bahwa Allah lah Raja yang harusnya mereka sembah. Namun Allah tetap berkenan atas permintaan mereka dengan mengabulkannya.
1.      Raja Saul
adalah keturunan Benyamin anak dari Kish. Saul adalah raja Israel pertama yang diurapi Samuel berdasarkan petunjuk Allah. Ia mempunyai keunggulan secara fisik (1 Sam 9:2), mempunyai tabiat baik dan patut dipuji, pemalu, tidak sombong (1 Sam 9:21 ; 10:22), tabah dan berbudi luhur, tangkas, berani menyingkirkan para pemanggil arwah (1 Sam 28:3) dan menghendaki kehidupan susila yang suci. Saat menjadi raja ia diperlengkapi Allah dengan anugerah istimewa yakni diantaranya Roh Tuhan berkuasa atasnya sehingga ia bernubuat[9] (1 Sam 10:10) dan juga ia menang atas bangsa-bangsa lain yang hendak mencelakakan Israel.
Namun raja tersebut akhirnya jatuh dalam dosa. Ada 3 point utama dalam hal ini,
a.       Pertentangannya dengan Samuel (1 Sam 13:13-15), dikatakan saat itu bangsa israel hendak berperang melawan Filistin yang sudah berbaris dan siap berperang. Saul diperintahkan untuk menunggu Samuel, namun melakukan perbuatan lancang dengan melangkahi Samuel untuk mempersembahkan korban bakaran pada Tuhan. Ia bersikap tidak sabar, tergesa-gesa dan sembrono sehingga ketika perang tersebut Yonatan – anaknya – menjadi alat Tuhan untuk menimbulkan kekacauan dan kemalangan dalam perang tersebut. Juga pada pasal 15:1-35, Saul melakukan perbuatan durhaka dan juga menipu sehingga ia ditolak Allah menjadi raja Israel.
b.      Keirihatian Saul pada Daud. Ketika Roh Tuhan mundur atas diri Saul, maka Allah memberkati Daud dan memilihnya menjadi raja pengganti Saul. Saul murka dan berusaha membunuh Daud namun selalu gagal.
c.       Kesalahan fatalnya adalah ketika ia berperang melawan bangsa Filistin, di En-Dor ia benar-benar menduakan Allah dengan mempercayai sihir untuk memanggil roh Samuel yang telah meninggal karena ketakutannya melihat bangsa filistin yang ada dekat perkemahannya. Akhirnya Allah murka dan menyerahkan ia berserta anaknya ke tangan orang Filistin, namun seperti yang ada pada pasal 31, akhirnya dalam keputusasaannya, ketakutannya ia tenggelam dalam kebinasaan yaitu dengan bunuh diri (ayat 4).

2.      Raja Daud
Daud adalah seorang raja pahlawan yang ideal, kebesarannya dan berkenan di hati Allah sehingga ia dipilih menjadi raja atas Israel. Daud selalu mengambil sikap yang hormat kepada Saul dan Ia mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan. Daud juga terkenal sebagai prajurit dan pemimpin perang yang berhasil. Namun ia berdosa kepada Tuhan dengan merampas Betsyeba. Istri Uria. Walaupun Daud sudah menyesal ketika diperingatkan oleh Nabi Natan. Namun hukuman untuknya tidak dihapuskan oleh Allah, yaitu 4 orang anaknya meninggal, anak dari Betsyeba, Amnon, Absalom dan Adonia.
3.      Raja Salomo
Adalah raja yang terkenal dengan hikmat dan kebijaksanaanya. Bahkan dikatakan bahwa israel mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan raja ini. namun orang yang dikasihi Allah ini akhirnya jatuh ke dalam dosa. Pada waktu tuanya hatinya dicondongkan oleh istri-istrinya kepada allah lain, ia mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk allah-allah tersebut. Allah menghukum dia yaitu kerajaannya akan pecah namun tidak pada masa pemerintahannya karena Allah mengasihi Daud tapi berlaku pada masa pemerintahan keturunan Salomo[10]. Kemudian Salomo mati dan seperti yang sudah dinubuatkan bahwa kerajaannya akan pecah yaitu menjadi Israel dan Yehuda.
Raja-raja di kerajaan Israel yaitu Yerobeam, Nadab, Baesa, Ela, Zimri, Omri, Ahab, ahazia, Yoram, yehu, Yoahas, Yoas, Yerobeam II, Zakarya, Salum, Menahem, Pekahya, Pekah dan Hosea.  Secara umumnya jatuh ke dalam dosa yaitu tidak takut akan Tuhan, penyembahan terhadap baal dan juga pembunuhan terhadap pendahulunya agar bisa menjadi raja.
Sementara raja-raja di Yehuda adalah Rahabeam, Abiam, Asa, Yosafat, Yoram, Ahazia, Atalia, Yoas, Amazia, Uzia, Yotam, Ahas, Hizkia,manasye, Amon, Yosia, Yoahaz, Yoyakim, Yoyakhin, Zedekia. Secara umum dosa yang dilakukan raja-raja di wilayah Yehuda ini adalah penyembahan terhadap berhala dan tidak takut akan Tuhan namun takluk pada kerajaan dunia. Untuk raja Abiam, Asa, Yoas, dan Yosia adalah 4 raja yang benar-benar takut akan Tuhan. Mereka menghancurkan berhala-berhala dan patung-patung serta memperbaharui Bait Allah.

Catatan Evaluasi:
Dosa bukanlah kata yang asing bagi kita di masa sekarang. Tapi sadar atau tidak,dosa sudah ada sejak zaman dulu (zaman kaum beriman dalam PL).  Seperti yang sudah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya. Kaum beriman pada zaman PL pun pernah melakukan dosa. Kaum beriman diketahui adalah orang-orang yang dipercayakan atau orang-orang yang dipilih oleh Allah. Namun, secara sadar atau tidak kaum beriman atau bapa orang beriman yang adalah orang-orang pilihan Allah itu juga ternyata tidak luput dari dosa. Seperti yang telah dipaparkan, banyak kesalahan atau dosa yang telah dilakukan oleh mereka terhadap Allah. Dosa yang dilakukan mereka tidak hanya melalui satu wujud saja,melainkan dengan berbagai wujud.
Dengan demikian,kita harus menyadari bahwa kita tidak boleh berbangga atau menyombongkan diri. Siapapun dan apapun status kita,kita tidak akan pernah lepas dari pengawasan Allah. Allah tidak memandang siapa kita, ketika berbuat salah (dosa) tidak akan ada pengampunan bagi kita. Banyak hal yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa. Misalnya saja seperti Abraham yang melalui kata-katanya tidak bersalah. Tetapi karena maksud dari semuanya itu adalah menipu, maka itu adalah dosa. Karena itu Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41)









Daftar Pustaka
ALKITAB
Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab’Kejadian-Ester’, Jakarta:Yayasan Bina Kasih/OMF,1989
OFM, Dr.C. Gronen, SOTEROLOGI ALKITABIAH ‘Keselamatan Yang Diberikan Alkitab, Yogyakarta:Kansinus, 1989
Barth, DR. C, Teologi Perjanjian Lama 1, Jakarta:Badan Penerbit Kristen, 1970
Wahono, Pros. S. Wismoady, Di Sini Ku Temukan, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2000
Peterson, DR Robert M, Kitab Keluaran, Jakarta:BPK Gunung Mulia,2006
Snock, I, Sejarah Suci, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1955


[1] Barth, C, Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta : Badan Penerbit Kristen), hal 78
[2] Wahono, S. Wismoady, Di Sini Ku Temukan, (Jakarta:BPK Gunung Mulia), hal 95
[3] Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab Kejadian-Ester,  (Jakarta:Yayasan Bina Kasih OMF), hal 53
[4] Opchid, hal 102
[5] Ibid, hal 100
[6] Paterson, M. Robert,  Kitab Keluaran, (Jakarta:BPK Gunung Mulia), Hal 46
[7] Wahono, S. Wismoady, Di Sini Ku Temukan, (Jakarta:BPK Gunung Mulia), hal 128
[8] Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab Kejadian-Ester,  (Jakarta:Yayasan Bina Kasih OMF), hal 270
[9] Ibid, hal 273
[10] Snoek, I, Sejarah Suci, (Jakarta:BPK Gunung Mulia), hal 143