Senin, 05 November 2012

Empati, Simpati, dan Contoh Verbatim



NAMA                       : Hendri
NIM                            : 10.15.52
MATA KULIAH      : Pastoral 2
Dosen Pengampu      : Pdt. Retny Mulyani, M.Si

1.      Perbedaan Empati dengan Simpati adalah :
a)      Empati : Ini adalah perasaan kita yang memahami secara secara saangat dalam dan kuat terhadap hal-hal yang terjadi pada klien, sehingga kita akhirnya bisa masuk sejenak kedalam dunia klien, termasuk masalah-masalahnya dan bagaimana kita memahami masalah yang tejadi pada klien itu sendiri dengan seolah-olah berada dalam cara pandang klien itu terhadap masalahnya supaya akhirnya kita bisa memahami dan mengerti kebutuhan dan perasaannya dengan sangat tepat.
b)      Simpati : simpati adalah perasaan yang menyertai kita ketika merasakan apa yang dirasakan oleh si klien, ini sering mempengaruhi kita sehingga terlarut dalam dunia klien sehingga memunculkan cara pandang kita terhadap klien menjadi kurang objektif karena kita terbawa perasaan.
Perbedaan antara keduanya adalah terletak dalam pengaruh yang dibawa, jika dalam empati unsur yang mendominasi adalah identifikasi kita yang objektif terhadap perasaan maupun fikiran si klien dengan tetap rasional, maka dalam simpati yang mendominasi kita ialah perasaan emosional yang membuat kita menjadi “terlarut” dalam kehidupan dan perasaan orang lain atau klien sehingga kita bisa saja memunculkan ide-ide sebagai jalan keluar yang sebenarnya kurang perlu bagi orang tersebut.


2.      Apa yang dilakukan oleh KO ketika mendengarkan dan berikan contohnya ?
Yang dilakukan seorang KO dalam mendengarkan ialah, fokus, konsentrasi tinggi, dan menganalisa apa sebenarnya pokok permasalahan atau keluhan dari klien yang biasanya diceritakannya dengan emosi yang tidak jelas atau diulangnya beberapa kali sehingga sulit untuk diketahui apa sebenarnya yang menjadi keluhan serta selanjutnya apa kebutuhan si klien melalui percakapan konselingnya, untuk hal ini mendengar dengan fokus serta konsentrasi tinggilah yang berperan sangat sentral karena dengan mendengar kita bisa mencerna setiap penekanan yang ada dalam cerita si klien terutama yang diceritakannya dengan berulang kali. Dalam mendengarkan kita harus fokus untuk :
Ø  Mendengarkan kemarahan
Ø  Mendengarkan tangisan meminta pertolongan
Ø  Mendengarkan kekecewaan
Ø  Mendengarkan kesombongan
Ø  Mendengarkan ketakutan & kemarahan kepada Allah
Dari kefokusan itu kita bisa menangkap, merasakan, membayangkan dan mengerti maksud yang disampaikan klien dibalik ucapan dan sikap klien.

Contohnya : keluhan klien dalam cerita seorang karyawan yang mengatakan “ saya sebenarnya sangat senang  bekerja di perusahan tempat kerja saya itu tapi lama-lama jadi bosan, saya memang pernah disuruh isteri saya untuk pindah bekerja dan gaji diperusahaan yang baru itu lebih besar, lagian perusahaan tempat saya bekerja itu kurang memperhatikan kesejahteraan karyawannya, saya memang senang dengan pekerjaan saya tapi itu dia karena bos saya itu juga suka menekan karyawannya tapi banyak hal dari karyawan yang tidak dia perhatikan, dan bila tetap disitu bekerja, saya rasa saya dan anak isteri saya bisa jadi orang termiskin didunia deh, jika tetap seperti ini saya akan pertimbangkan untuk pindah ke pekerjaan lain, saya memang diberikan tunjangan setiap akhir tahun, tapi itu hanya 1 tahun sekali !”.
 Dari sini sebenarnya problem yang sesungguhnya terjadi ialah bahwa si karyawan ini kurang mendapat perhatian dari atasan terutama masalah gajinya. Terlihat bahwa ia sudah tidak sabar dengan situasi perusahaannya yang tak kunjung memperhatikan tetapi menekan kinerjanya. Dia menginginkan perusahaan meperhatikan dia, gajinya, bahkan mungkin pangkatnya. Kerja emosi klien disini adalah tuntutan kepada pihak manajemen perusahaannya, tidak puas kalau hanya ditekan pekerjaannya tapi masalah kesejahteraannya tidak mendapat perhatian, menurutnya.

Ø Verbatim : Perjuangan Seorang Ibu

KO : Hendri
KI   : Ibu Pl
Keterangan :
Ibu Pl adalah seorang ibu yang kesehariannya mengurus anaknya yang “berbeda” dari orang lain, perbedaannya ialah dari berbahasanya yang kurang maksimal, dan daya konsentrasinya yang lemah sampai masalah akademis yang terganggu akibat si anak mengalami hal tersebut. Ibu Pl memiliki masalah tentang bagaimana yang terbaik yang harus dilakukan untuk anaknya. Termasuk persiapan si anak menjalani masa depannya kelak.


Siang itu Ibu Pl berkunjung ke rumah KO, sesampainya disana ia mengetuk pintu dan KO menyambutnya dengan ramah serta langsung mempersilakan masuk sepertinya mereka sudah saling mengenal sebelumnya :

KO : “eh, ternyata ibu Pl,silakan masuk Bu, mari silakan duduk”
KI  : “iya terima kasih ,”
KO :  “ngomong-ngomong bu, apa ada yang bisa saya bantu”?
KI  : “maaf ni mas mengganggu waktu istirahatnya”
KO : “ooh tidak apa-apa ibu, saya juga sedang santai hari ini, saya senang ibu juga mau berkunjung kemari”
KI  :  “Begini lho mas, saya memiliki puteri, sekarang dia berusia 9 tahun, sejak  umurnya satu minggu saya sudah.melihat kalau puteri saya ini berbeda dari bayi yang lain yang lebih banyak tidur”
KO : “emm, berbedanya gimana bu”?
KI  : “puteri saya itu setiap malam selalu menangis, bisa tak berhenti sampai subuh, begitu juga siang hari, dia juga bisa menangis seharian, saya mengira dia seperti itu karena lapar, ternyata sudah dikasih susu pun dia tetap saja tak berhenti menangis aku sampai memutuskan untuk berhenti bekerja karena ingin fokus mengurus puteriku”
KO  : “wahh, pasti membuat kita khawatir bu ya, eemmm apa pernah diperiksa ke dokter bu, mungkin pada puteri ibu ada penyebab yang bisa diatasi medis mungkin”?
KI   : “ Menurut dokter, anakku alergi dan harus diet makan dan aku ikuti saran dokter, tapi tampaknya tak berhasil juga, bahkan karena diet makan daya tahan tubuhnya malah semakin menurun, sehingga hamper tiap minggu putriku harus dibawa ke dokter anak supaya tidak sakit”
KO  : “jadi setelah diet makan itu malah putri ibu  menjadi kurang daya tahannya bu ya, ? lalu gimana perkembangan pertumbuhan putri ibu, apa tidak ada masalah”?
KI   : “hingga usianya 3 tahunputriku belum bisa bicara, beda sekali dari teman-temannya. Sekalinya bicara tidak jelas, dan sering membuat aku tidak bisa berkomunikasi dengan dia, bila minta sesuatu dia juga sering marah dengan kata-kata yang tidak jelas sehingga aku sering berantem dengannya.”
KO  :  “saya jadi membayangkan bu, tentu sangat sulit ketika kita mengurus anak yang kita tidak bisa berkomunikasi dengan baik sama dia dan pasti itu membuat kita bingung harus ngapain begitu”?
 KI  : “sangat sulit masa ini kulalui,aku menjadi drof, dan aku menangis, aku beberapa kali jatuh pingsan karena kurang tidur mengurus putriku, sampai usianya 5 tahun putriku masih belum mengalami kemajuan dari kemampuan bicaranya, sehingga akhirnya aku harus memasukkannya di kelas terapi wicara, dan setelah 1 tahun menemaninya terapi puji Tuhan tampaknya ada kemajuan”
KO : “terapinya cukup membuahkan hasil ya bu”
KI  : “Menginjak SD putriku masih ada kendala dalam hal bicara dan konsentrasi. Ia masih berbiacar sering terbalik-balik, konsentrasinya juga kurang sehingga hal itu sangat mempengaruhi dan mengganggu masalah akademisnya, saya jadi membandingkan, aku yang dulu langganan bintang kelas harus melihat kenyataan bahwa anakku yang jauh tertinggal dari teman-temannya.”
KO : “memang sulit sih bu berada pada posisi ibu dalam hal ini, ketika kita sebagai orang tua, tentu mengharapkan anak kita lebih baik dan lebih berhasil dari kita, lalu kita harus menerima sebuah kenyataan bahwa hal tersebut seolah tidak terealisasikan tentu kita rasakan ada hal yang kurang, apakah itu pada diri kita atau gemana gitu”
KI : “setiap kali aku datang ke sekolah putriku, dan berbicara dengan ibu-ibu wali murid yang lain, sering terbersit rasa iri, anak-anak mereka mudah sekali memahami sesuatu, sedangkan aku harus berysaha keras untuk membuat anakku bisa memahami pelaran dengan baik, mulai dari membuat perangkat belajarnya, meringkaskan bahasa yang rumit sehingga bisa dia pahami dengan baik, duh,,sering banget aku mengeluh, aku menangis, aku terkadang bertanya pada Tuhan tentang hal ini, mengapa Allah mengaruniaiku anak yang sulit, apakah maknanya”?
KO : “pertanyaan yang ibu ungkapkan seperti itu memang umumnya yang dirasakan oleh kita semua ketika melihat sesuatu yang sepertinya katakanlah diluar harapan bu ya, dan itu penting karena melalui itu kita bisa saja menemukan sebuah jawaban itu sendiri dari diri kita, kita memang ingin sesuatu yang baik, sempurna dan sesuai keinginan, itu adalah harapan setiap orang, harapan setiap ibu untuk anak-anaknya, saya melihat ya bu, ibu sudah hampir menjawab hal tersebut, hal makna dari pemberian Tuhan ke ibu melalui putri ibu itu terlihat dari berbagai macam upaya yang ibu lakukan dan berikan untuk putri ibu, sekarang bu, tentu ibu punya sebuah gambaran tentang suatu hal yang ibu harapkan dengan tindakan ibu tersebut”
 KI : “saya hanya membayangkan, bagaimana sulitnya anak saya nanti ketika saya sudah tak bisa mendampinginya bila dia kurang dibekali dari sekarang, menyadari juga bahwa usia ini semakin tua, tentu semakin lemah, tapi dari semua itu saya hanya bisa berharap semoga jalan yang sudah saya rintis untuknya bisa membantu dia kelak, setiap manusia ingin yang sempurna, tapi itu dia, bahwa kenyataan adalah yang mutlak harus kita terima, dan aku yakin pula dengan keadaan anakku yang seperti itu, dia pasti berkarya dengan apa yang dia bisa lakukan untuk berkarya.”( Pembicaraan berlangsung sekitar 20 menit lagi dengan pembicaraan yang mulai melonggar dan arahnya mulai kepada kesadaran KI bahwa dialah yang menjadi jawaban untuk mendampingi  anaknya ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar