Minggu, 04 November 2012

Khotbah Natal Praktek 2012


            Khotbah Perayaan Natal Jemaat
            Lukas 2 : 8-20
Bapak ibu Sidang masa raya Natal yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus.
            Pada hari ini nast kita bercerita tentang sebuah peristiwa luar biasa yang dialami oleh kaum kecil yang bergelut siang malam dalam pekerjaannya memenuhi kebutuhan hidup mereka. Yakni para gembala. Dikatakan sebagai kaum kecil karena umumnya gembala pada waktu itu menggembalakan ternak milik orang lain.
Dalam kegiatan menggembalakan ternak pada zaman tersebut Gembala biasa hidup dalam PERSAINGAN-PEMBIARAN Antara satu dan yang lain dan bahkan saling MENJATUHKAN dalam menjalankan tugas penggembalaan, agar pada waktunya nanti akan tampil sebagai yang berhasil dan menjadi yang terbaik di hadapan tuan mereka mereka masing-masing. Semangat ingin menjadi yang terbaik inilah yang kerap kali membawa mereka pada persaingan yang bisa saja menjurus ke persaingan yang kurang sehat .
            Namun pada malam itu semua hal tersebut terlupakan, ketika mereka mengalami suatu berita sukacita besar dan lawatan Allah, dalam bentuk seruan dari seorang malaikat yang menjumpai mereka bahwa ia datang memberitakan suatu kesukaan besar bagi seluruh bangsa, yang dilanjutkan kemudian bahwa “telah lahir bagimu Juruselamat” didalam diri para gembala itu kemudian berlaku dan tumbuh semangat yang baru di dalam hidup mereka sebagaimana terungkap dalam penegasan ayat 15 “MARILAH KITA PERGI …”. Mereka kemudian pergi untuk melihat dan mengalami peristiwa yang malaikat itu katakan pada mereka yaitu kelahiran Yesus, yang selanjutnya kita kenal sebagai peristiwa Natal.
Para gembala termasuk yang lebih dulu mendengar dan menerima sukacita Natal itu, dan agar selanjutnya bisa dialami pula oleh orang lain melalui mereka, maka tumbuhlah semangat untuk “pergi” mengalami sukacita itu secara bersama-sama. Tidak ada lagi saat itu fikiran akan aktifitas mereka yang didalamnya ada persaingan-persaingan, tetapi bersama-sama merasakan dan mengalami lawatan Allah.
            Bapak ibu Sidang masa raya Natal yang dikasihi Tuhan. Lalu apa yang kita dapatkan dari nast kita pada hari ini ??
Secara umum kita melihat bahwa, Natal telah menjadi perayaan rutin Gereja masa kini. Sering pula perayaan Natal itu habis pada acara-acara emosional saja, baik itu dalam bentuk pesta dan kemewahan, namun tidak membawa dampak nyata dalam kehidupan sehari-hari kita.
            Setidaknya nast ini mau berkata bahwa mengajarkan kita semua bahwa : Sukacita Natal hanya mungkin dialami ketika kita merayakan dan mengalaminya bersama-sama, mulai dari lingkungan terbatas di dalam keluarga, hingga dalam relasi yang lebih luas dengan orang lain di dalam masyarakat.
Bagaikan para Gembala, kita pada masa kini sering hidup dalam semangat PERSAINGAN-PEMBIARAN bahkan MENJATUHKAN sesama kita dalam menjalankan aktivitas masing-masing demi mencapai tujuan hidup yang diharapkan. Tetapi marilah semangat itu kita buang mulai pada hari ini ketika kita juga menerima sukacita lawatan Allah seperti para gembala.
            Belajar dari pengalaman para gembala dalam nast ini, biarlah semangat “MARILAH KITA PERGI …” menjadi jiwa dan semangat yang perlu kita miliki dalam berbagai aktifitas hidup yang kita jalani dalam menggapai tujuan hidup untuk kemuliaan Allah.
Belajar dari semangat para gembala dalam merespon berita Natal itu. Semestinya juga kita respon dengan segera tanpa menunda-nunda. Ajakan untuk menerima penyelamatan Allah dan undangan mengalami hidup baru, tidak menunggu NANTI-BESOK atau LUSA, melainkan SAAT INI JUGA. Inilah saatnya kita menentukan bahwa prioritas hidup kita adalah kehidupan yang membawa damai sejahtera bagi keluarga dan semua orang yang ada disekitar kita.
Sidang masa raya natal yang dikasihi Tuhan. Berangkat dari pengalaman para gembala, saya mengajak  kita semua orang percaya untuk bertanggung jawab untuk merayakan Natal tidak sekedar dan selesai pada perayaan seremonial, melainkan menjadi SESUATU yang menjiwai totalitas hidup dan aktifitas kita, yakni hidup dan aktifitas yang MEMUJI dan MEMULIAKAN Tuhan yang kita wujudkan dalam bentuk kepedulian dan cinta kasih kita kepada sesama, sebagai bentuk dari ungkapan syukur kita oleh karena lawatan Allah yang telah berkenan memberikan Natal ini kepada kita, yang berarti kita sudah masuk dalam karya penyelamatan Allah. Amin untuk firman Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar