BAB
I
PENDAHULUAN
Berdasarkan
hasil sebuah riset ilmiah, setiap individu mempunyai potensi menjadi seorang
homoseksual.[1]
Namun, tingkatannya berbeda satu sama lainnya. Karena kecenderungannya sangat
kecil, kita terkadang tidak merasakanpotensi ini. Akan tetapi, jika
kecenderungan itu berlanjut, seperti mengagumi, tertarik, kemudian terangsang
terhadap sesama jenis, maka orang tersebut bisa dikatakan sebagai homoseksual.
Homoseksual merupakan perilaku
sesama jenis yang hadir dari gangguan orientasi seksual seseorang. Perilaku
seksual ini biasanya dikategorikan antara gay
(sesama laki-laki) atau lesbi (sesama
perempuan). Berdasarkan pada pedoman dan penggolongan diagnose gangguan jiwa
(PDDGS)perilaku homoseksual merupakan gangguan kejiwaan yang muncul berdasar
factor genetic.[2]
Kaum homoseksual adalah suatu
komunitas yang dicap sebagai “penyebar virus” yang mematikan oleh sebagian
besar masyarakat. Keberadaan mereka meresahkan warga di sekitar tempat mereka
tinggal. Sebab, mereka dianggap penyebar virus mematikan yaitu HIV/AIDS. Dalam
makalah sederhana ini penulis mencoba menguraikan latar belakang dan gambaran
umum homoseksual, apa kata Alkitab tentang homoseksual? Peran Yesus sebagai
penghibur kaum homoseksual, dan peran gereja dalam menyikapi keberadaan mereka
yang sulit diterima bahkan tidak diterima oleh masyarakat luas.
BAB II
GAMBARAN UMUM HOMOSEKSUALITAS
- Sekilas Sejarah Homoseksualitas
Ungkapan
seksual dan cinta erotis sesama jenis telah menjadi suatu corak dari sejarah
kebanyakan budaya yang dikenal sejak sejarah awal. Bagaimanapun, bukanlah
sampai abad ke-19 bahwa tindakan dan hubungan seperti itu dilihat sebagai
orientasi seksual yang bersifat relative stabil. Penggunaan pertama kata
homoseksual yang tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbery.[3]
Dan kemudian dipopulerkan penggunaanya oleh Richard
Freiherr Van Krafft-Ebing pada bukunya Psychopathia
Sexualis.
Di tahun-tahun sejak Krafft-Ebing,
homoseksualitas telah menjadi pokok kajian dan debat. Mula-mula dipandang sebagai
penyakit untuk diobati, sekarang lebih sering diselidiki sebagai bagian dari
suatu proyek yang lebih besar untuk memahami ilmu hayat, ilmu jiwa, politik
genetika sejarah dan variasi budaya dari identitas dan praktek seksual. Status
legal dan social dari orang yang melaksanakan tindakan homoseks atau
mengidentifikasi diri mereka gay atau
lesbian.
- Pengertian Homoseksual
Homoseksual
mengacu pada interaksi social dan romantic antara pribadi yang berjenis kelamin
sama kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan inti atau hubungan seksual di
antara orang berjenis kelamin sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri
mereka sebagai gay atau lesbian.[4]
Homoseksualitas sebagai suatu pengerai, pada umumnya dibandingkan dengan
hetereoseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah suatu istilah tertenut
yang digunakan untuk menunjuk kepada pria homoseks. Sedangkan lesbian adalah
suatu istilah tertentu yang digunakan untuk menunjuk kepada wanita homoseks.
Homoseksualitas berarti hubungan
seks dengan sesama jenis, sedangkan homoseksual berarti hubungan seks dengan
lawan jenis. Homoseksual berasal dari bahasa Yunani “homoos” berarti sama.
Praktek homoseksual biasanya diawali dengan homofilia (jatuh cinta pada sesama
jenis). Kemudian berkembang menjadi prkatek homoseksual (praktek hubngan
seksual dengan sesama jenis).[5]
Homoseksual
dapat mengacu kepada:
- Orientasi yang ditandai dengan kesukaam seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.
- Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orietasi seksual atau identitas gender.
- Identitas seksual atau identifikasi diri yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.[6]
Berbagai
teori pernah dikemukakan tentang penyebab terjadinya homoseksualitas. Teori psikoanalisa tradisional meyakini
bahwa homoseksualitas disebabkan oleh trauma masa kanak-kanak yang menyebabkan
konflik intrafisik sehingga penahan perkembangan psikoseksual. Richad Isay
berpendapat bahwa homoseksualitas adalah pembawaan dan dpengaruhi oleh
pengaruh-pengaruh biologis prenatal. Richad Isay adalah salah seorang seksolog
modern yang menentang teori diatas.[7]
Dibawah
ini aka dipaparkan pendapat para ahli seksolog modern perihal homoseksualitas:
· Jhon Money,
meyakini bahwa homoseksualitas adalah suatu variasi normal dalam pengungkapan
seksual dan berkembang secara alamiah dan dipenuhi oleh interaksi prenatal
dengan peristiwa-peristiwa disekitar pada periode krisis tertentu, walaupun
diakuinya bahwa mengkronismenya belum diketahui.
· Alan Bell, Martin Weinberg, dan Sue
Hammersmith, lebih berfokus pada kemungkinan bahwa
masalah heteroseksual dan homoseksual terkait dengan factor-faktor biologis,
banyak penelitian dilakukan tentang kaitan homoseksual dengan factor-faktor
biologis seperti hormaon, neuronatomi dan genetika, namun belum ada yang
memberikan jawaban yang sangat memuaskan.
Dibawah
pengaruh penelitian Alfred Kinsey di
tahun 1940-an dan 1950-an tentang orientasi dan perilaku seksual, para ilmuwan meyakini
bahwa homoseksualitas terkait dengan penyakit. Bertolak dari pandangan itu, di
tahun 1970-an di Amerika Serikat, para ahli psikiatridalam diagnistik mereka
mengklasifikasikan homoseksual sebagai penyakit mentalitas yang menyimpang.
Akan tetapi, di tahun 1980-an pengklasifikasian ini diubah walaupun kemungkinan
adanya keterkaitan antara perilaku homoseksual dengan penyakit masih diakui.
Banyak orang beranggapan (ilmuwan maupun masyarakat awan) bahwa homoseksualitas
merupakan akibat dari suatu proses perkembangan abnormal yang didorong oleh
beberapa jenis patologi.[8]
Definisi
sendiri adalah kelainan terhadap orietasi seksual yang ditandai dengan
timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis atau
identitas gender yang sama. Istilah yang sudah umum dikenal masyarakat untuk
orang yang termasuk homoseksual adalah gay (laki-laki) dan lesbian (perempuan).[9]
- Demografi Homoseksualitas dan Prevalensi
Prevalensi
homoseksualitas di masa modern ini
secara signifikan bervariasi. Data yang dikumpulkan diperumit oleh berbagai
definisi yang digunakan dalam homoseksualitas serta adanya flukuasi dalam
jangka waktu dan tempat.[10]
Secara umum diperkirakan jumlah kaum lesbian dan homo di dalam masyarakat
adalah 1%-10% dari jumlah populasi, menurut laporan pada tahun 1984 Kontroversi
Kinsey Report melaporkan, menyebutkan bahwa setidaknya 37% pria dari total
keseluruhan pria setidaknya mengalami pengalaman seks pria bersama pria
lainnya, dan 4% di dalamnya adalah secara eksklusif homoseksual. Pada wanita,
Kinsey menemukan dari 2% hingga 5%.
Secara fakta, banyak kaum
homoseksual yang menyembunyikan identitasnya—sehingga mempersulit akurasi
laporan. Banyak laporan yang beredar belakangan ini mengatakan dari dari 2%
hingga 3,3% dari populasi pria adalah homoseksual secara eksklusif.[11]
- Homoseksual Ditinjau Dari Perspektif Ilmiah
Berikut
adalah tingkatan orientasi seksual berdasarkan skala Skinsey:[12]
No.
|
Orientasi Seksual Keterangan
|
Keterangan
|
1.
|
Heteroseksual
eksklusif
|
-
|
2.
|
Heteroseksual
predominan
|
Heteroseksualnya
Cuma kadang-kadang
|
3.
|
Heteroseksual
predominan
|
Homoseksualnya
lebih jarang-jarang
|
4.
|
Heteroseksula
& Homoseksual
|
Seimbang
(biseksual)
|
5.
|
Homoseksula
predominan
|
Homoseksualnya
lebih dari kadang-kadang
|
6.
|
Homoseksual
predominan
|
Homoseksualnya
Cuma kadang-kadang
|
7.
|
Homoseksual
eksklusif
|
-
|
Berdasarkan
kajian ilmiah,beberapa factor penyebab orang menjadi homoseksual dapat dilihat
dari:
a)
Susunan Kromosom
Perbedaan
homoseksual dan heteroseksula dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang
berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan 1 kromosan x dari ibu dan 1 kromosaom
x dari ayah sedangkan pada pria mendapatkan 1 kromosom x dari ibu dan 1
kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria.
Jika terdapat kromosom y, sebanyak
apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria
penderita Sindrom Kinefelter yang
memiliki 3 kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diatara
700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempuyai kromosom 48xxy. Orang
tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami
kelainan pada alat kelaminnya.
b)
Ketidakseimbangan Hormon
Seorang
pria memiliki hormone testoteron, tetapi juga memiliki hormon yang dimiliki
oleh wanita yaitu estrogen dan progesterone. Namun, kadar hormone pada wanita
ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormone estrogen
dan progesterone yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang
menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.
c)
Struktur Otak
Struktur
otak pada straight females dan straight males serta gay males terdapat
perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah
dengan membrane yang cukup tebal dan pada gay males, struktur otaknya sama
dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan
straight males, dan gay females ini biasanya disebut lesbian.
d)
Kelainan susunan Syaraf
Berdasarkan
hasl penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat
mempengaruhi perilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan
syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.
e)
Factor Lain
Factor
lain dapat menyebabkan orang menjadi homoseksual, sebagaimana diungkapkan oleh
prof. DR. Wimpie Pangkahila (pakar andrologi dan seksologi) selain factor
biologis (kelainan otak atau genetik), adalah factor psikodinamik, yaitu adanya
gangguan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak, factor sosio-kultural,
yaitu adanya adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alas
an yang tidak benar, dan trakhir adalah factor lingkungan, dimana memungkinkan
dan mendorong hubungan para pelaku homoseksual menjadi erat.
Dari keempat factor tersebut,
penderita homoseksual yang disebabkan oleh factor biologis dan psikodinamik
memungkinkan untuk tidak dapt disembuhkan menjadi heteroseksual. Namun jika
seorang menjadi homoseksual karena factor sosio-kultural dan lingkungan, maka
dapat disembuhkan menjadi heteroseksual, asalkan orang tersebut mempunyai tekad
dan keinginan kuat untuk menjauhi lingkunan tersebut.[13]
Sikap etis terhadap kaum homoseksual
masih sangat dipengaruhi oleh pandangan lama bahwa homoseksualitas adalah
“penyakit” atau “keadaan abnormal” atau “penyimpangan”. Sebab itu, ajaran masih
banyak ditekankan pada “pertobatan” dari pelaku homoseksual ke heteroseksual
yang dianggap hubungan seksual yang normal dan sehat.[14]
Sikap etis orang tua, para
professional dan sikap agamawan juga sangat dipengaruhi oleh opini masyarakat
tentang masalah homoseksualitas. Namun demikian, khusus untuk para
professional, sikap mereka banyak pula tergantung pada ketidakmampuan mereka
menolong para pelaku homoseksual untuk meninggalkan orientasi mereka. Terutama
sekarang ini, dengan merebaknya HIV/AIDS kaum homoseksual disorot sebagai salah
satu biang kerok penyebaran virus mematikan tersebut. Kenyataan ini memperburuk
posisi kaum homoseksual dan menyebabkan mereka terus menjadi stigmata.[15]
- Homoseksual menurut Alkitab
Teks-teks
Alkitab memandang praktek homoseksual sebagai sewsuatu yang negative. Hubungan
seksual dengan sesame jenis dianggap sebagai kekejian (Imamat. 18:2). Perlindungan
yang dilakukan oleh Lot terhadpa tamunya
sambil menyerahkan kedua putrinya kepada orang yang meminta tamunya itu untuk
dipakai adalah kaum homoseksual (Kej. 19:5). Istilah “dipakai” berarti
melakukan hubungan seksual dengan cara homo, yang secara tersirat dikutip juga
dalam Yehezkiel 16:49, dengan menunjuk perbuatan orang Sodom itu sebagai kekejian, yaitu kata yang
sama dipakai dalam Imamat 18:22 diatas yang menunjuk kepada perbuatan
homoseksual.[16]
Dalam PB, praktek homo orang Sodom dikritik juga dalam
Yudas 7, sebagai sumber penghukuman Allah. Praktek homoseksual sudah menjadi
sesuatu hal yang biasa dikalangan masyarakat Kanaan. Dari praktek yang
dilakukan orang Sodom
tersebut, muncul istilah Sodomi (salah satu cra kaum homoseksual melakukan
hubungan seksual, yaitu melalui anus).
Dalam PB, perbuatan homoseksual juga
dipandang sebagai sesuatu perilaku negative atau persetubuhan yang dipandang
tidak wajar/negative. Persetubuhan dengan cara homoseksual dipandang sebagai
bukti pemberontakkan manusia kepada Allah (Rom. 1;26-27). Paulus dalam 1 Kor
6:9; 1 Tim 1:10 menyinggung bahwa praktek homoseksual adalah sikap atau
perilaku dosa dan durhaka.
Dibawah ini akan dipaparkan beberapa
alas an mengapa perbuatan homoseksual dipandang negative bahkan dianggap
perbuatan dosa:[17]
a)
Sebab dalam Alkitab, manusia diciptakan
sebagai laki-laki dan perempuan untuk punya anak melalui perkawinan. Seks
diberikan dalam konteks keluarga sejak awal. Hukum perkawinan menyebutkan bahwa
“sebab itu seorang laki-laki meninggalkan ayah ibunya dan bersatu dengan
istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kis. 2:24). Mereka diberkati
untuk melahirkan anak-anak melalui perkawinan (Kej. 1:26). “saru daging”
mengandung makna hubungan seks secara heteroseksual (1 Kor.6:15-17). Hubungan
seksual dengan homoseksual dipandang bagian dari penyimpangan hokum hubungan
perkawinan.
b)
Larangan melakukan homoseksual selalu
disebutkan dalam kerangka larangan untuk semua jenis penyimpangan seksual.
Dalam konteks PL, dapat dipahami alasan larangan itu sebagai bagian dari upaya
menghindarkan diri dari pengaruh praktek buruk dalam agama Kanaan, misalnya
praktek prostitusi, bastialis, dan penyimpangan seksual lainnya (Imamat.
18:21-29; Bdk. Ulangan 23:17-18). Jadi, larangan praktek homoseksual terkait
dengan penyembahan berhala. Alas an yang sama dikemukakan tentang konteks
larangan/kecaman dalam Roma 1:26-27; 1 Tim 1:9-10 dan Yudas 7, yang berlatar
belakang dari praktek penyembah berhala di dunia kafir.
Kemajuan
dunia modern telah memungkinkan manusia semakin rasional dan masalah hubungan
seksual dipandang sebagai suatu hak istimewa dan terkait dengan kerahasiaan
setiap orang. Dalam kebebasannya, orang modern cenderung memandang hubungan
seksual secara homo sebagai sesuatu yang wajar oleh yang menyukainya. Ia tidak
lagi dipandang dosa dan karenanya tidak dianggap selaku perbuatan yang
menyimpang.
Selain
itu, pelaku homoseksual tidak sama latar belakangnya. Ada pelaku yang melakukannya karena alas an
fisik, misalnya keadaan secara hormonal berpotensi feminine tetapi beralat
kelamin maskulin atau sebaliknya.[18]
Ada juga yang
karena alas an psikologis, misalnya seseorang yang pernah dikecewakan oleh
lawan jenisnyas sehingga mengarahkan cintanya pada sesama jenis. Ada pula karena alas an
“ala bisa karena biasa”.[19]
Termasuk kategori ini adalah mereka yang hidup dalam asrama dan penjara.
Masalah
homoseksual sekarang ini menjadi hangat lagi setelah terindikasi bahwa hubungan
homoseksual merupakan hubungan yang menjadi salah satu sumber penyebaran virus
HIV/AIDS. Berbagai data kontemporer menunjukkan bahwa kelompok risiko tertinggi
bagi penularan virus HIV/AIDS adalah pelaku homoseksual. Praktek homoseksual
sering diakaitkan dengan penggunaan narkotika, yang menjadi salah satu sumber
penyebaran virus HIV/AIDS yang sangat riskan. Anggapan mayoritas masyarakat
awam memahami praktek homoseksual sebagai suatu penyakit fisik, psikis dan
social yang sekaligus menjadi sumber penyakit mematikan.
Melihat
realitas, kaum homoseksual terancam keberadaannyakarena mereka dicap sebagai
penyebar virus mematikan HIV/AIDS. Stigma negatif terhadap keberadaan mereka
membuat mereka tersudut, terpinggirkan bahkan dikucilkan dari kehidupan
masyarakat. Jika homoseksual merupakan sebuah “penyakit”, keadaan abnormal,
atau adanya kelainan semenjak dalam kandungan dan bukan keinginannya untuk
berperilaku homoseks itu dosa besar? Sehingga ia dijauhi, dihina, bahkan
dikucilkan. Ini menjadi penting karena sekarang ini keberadaan mereka cenderung
tidak diperhatikan, dan dipedulikan.
Pertanyaan
diatas menjadi renungan bagi setiap orang yang selalu memandang kaum homoseksual
dari dampak keberadaannya (yang sekarang dianggap/disorot sebagai penyebar
virus), tetapi tidak melihat secara mendalam apa latar belakang kemunculan
homoseks/perilaku menyimpang. Homoseksual
juga manusia yang membutuhkan perhatian, pengertian dan kepeduliaan dari
orang lain mereka juga membutuhkan rasa tenang, nyaman dan kebebasan. Bukan
stigma negative dan pikiran-pikiran negative lainnya. Ketika orang mengalami
sakit bukan bukan cacian dan makian serta stima negative yang ia butuhkan
tetapi “obat” dan penghiburan.
- DESKRIFSI YESUS SEBAGAI PENGHIBUR
Dari
pemberitaan yang berkembang akhir-akhir ini, baik itu yang kita dengar dan
lihat di media cetak, elektronik maupun informasi dari orang-orang disekitar
yang sering mengusik telinga kita mengenai keberadaan homoseksual. Stigma
negative “mengancam” keberadaan mereka. Kebenaran dan keadilan menjadi sulit
mereka raih, hal itu menjadi krisis berkepanjangan sulit untuk mereka gapai dan
capai sendiri, tanpa keterbukaan, toleransi dan berasa menjadi bagian dari
orang lain.
Kenyataan ini tentu menyudutkan
keberadaan kaum homoseksual. Selain disorot sebagai penyebar virus HIV/AIDS,
keterpinggiran, keterasingan dan dikucilkan berpotensi menimpa diri mereka.
Mereka dianggap sumber penyakit mematikan. Sebab itu, mereka tidak
diperhatikan, tidak dipedulikan, dibenci, dihina keberadaannya bahkan “dibasmi”
dari lingkungan masyarakat.
Disini Yesus hadir sebagai seorang penghibur
untuk membantu dan menolong kaum homoseksual, agar mereka dapat bangkit kembali
dan keluar dari pergumulan hidup nya.
[1]
http://budiridwin.wordpress.com/2008/03/05.ancaman.perilaku-homoseksual-copy-dari-lowwinilah.com/
[2] Bdk. Ibid.
http://budiridwin.wordpress.com/2008/03/05.ancaman.perilaku-homoseksual-copy-dari-lowwinilah.com/
[3] Feray, Jean. Claude, Herzer,
Manfred (1990).”Homosexual Studies and
Politices In The 90th Century: Karl Maria Kertbery”. Journal Of
Homosexuality, 19
[4]
http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[5] Robert P. Borrong, Etika Seksual Kontemporer, (Bandung: Ink Media, 2006)
76
[6] Op. cit, http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[7] Ibid,
http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[8] Robert P. Borrong, op. cit, hal 77
[9] Lih. Penjelasan Pada Paragraf
Awal Pengertian Homoseksualitas
[10] Op. cit, http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[11] Ibid,
http://huripedia.id.hrdocs.org/index.php?title=homoseksualitas
[12]
http://id.wikipedia.org/wiki/homoseksualitas
[13] Ibid, http://id.wikipedia.org/wiki/homoseksualitas
[14] Robert P. Borrong, op. cit, 78
[15] Robert P. Borrong, Ibid, 78
[16] Robert P. Borrong, Ibid, 79
[17] Robert P. Borrong, Ibid,80
[18] Robert P. Borrong, Ibid,81
[19] Robert P. Borrong, Ibid,81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar