PELAYANAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
BAGI REMAJA
Pengantar
Gereja
adalah persekutuan belajar. Dia mengajar seluruh anggota gereja melalui banyak
cara. Seluruh kegiatan gereja itu adalah proses pengajaran. Gereja yang
bersekutu adalah sekaligus pengajaran terhadap jemaat. Gereja yang bersaksi
adalah juga gereja yang mengajar. Gereja yang berbuat adalah juga gereja yang
mengajar semua jemaat dengan seksama. Ini adalah untuk pengajaran yang bersifat
umum. Ada pengagajaran yang bersifat khusus, yaitu pengajaran yang bersifat
kategorial. Antara lain pengajaran untuk remaja, pengajaran untuk remaja ini
merupakan salah satu tugas penting yang tidak bisa dipisahkan apalagi dihindari
oleh gereja, mengingat bahwa gereja memerlukan suatu generasi yang
terus-menerus ada untuk mempertahankan Kerajaan Allah didunia ini. Diatas
adalah gambaran umum mengapa pelayanan terhadap remaja itu perlu. Berikut
merupakan adalah alasan-alasan yang dengan rinci penulis ungkapkan.
Signifikansi Pelayanan Pendidikan
Agama Kristen Untuk Remaja
a.
Mengapa
Perlu Mengajar Remaja ?
Amsal
22 : 6 “ Didiklah orang muda menurut
jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang
daripada jalan itu”.
Gereja
adalah persekutuan orang percaya pada Yesus Kristus. Orang yang ada dalam
persekutuan itu adalah dapat dipilih
menjadi terdiri dari berbagai kelompok umur, salah satu dari padanya adalah
remaja. Kelompok ini merupakan kelompok yang khas yaitu berada didalam persimpangan
jalan, yaitu antara sifat yang tidak mau lagi dikategorikan sebagai anak-anak
kerena merasa sudah besar dan tidak lagi anak-anak, tetapi juga tidak dapat di
golongkan juga kedalam kelompok dewasa mengingat ada sifat-sifat tertentu dari
remaja itu yang membuat kelompok ini
juga tidak terlalu pas ikut pada persekutuan orang dewasa[1]. Usia
remaja umumnya ialah kisaran usia dari 11-18 Tahun. Di usia tersebut seorang
remaja sedang mengalami periode Pubertas, yang berupa perubahan-perubahan fisik
dan psikis seperti halnya suatu pelepasan diri dari dari iakatan emosional
dengan orang tua dan rencana pembentukan hidup dengan sistem dan nilai yang
menurut mereka benar.[2]
Dengan
demikian remaja mau memilih bagaimana yang baik untuk dirinya walaupun
sebenarnya dia masih membutuhkan pengarahan dari orang tua. Dengan pemilihan
jalan itu bagi remaja berkumpul dengan kelimpok umur yang sama akan membuat
mereka mnenemukan sebuah sensasi baru, jika ada motif-motif tertentu dalam
suatu perkumpulan mereka akan ramai-ramai untuk mengikutinya. Dengan demikian
mereka kadang-kadang mau melepaskan diri dari dan tidak mau menuruti
aturan-aturan karena dianggap mengekang kebebasan mereka.[3]
Demikian pula yang mereka fikirkan dengan kehidupan religius mereka, mereka
merasa aturan dalam agama itu sangat mengekang dan mereka sangsikan kebenarannya.
Sebab
itu, ada dari antara mereka yang tidak ke gereja, walaupun masih banyak yang
ikut dalam persekutuan di gereja. Ada juga yang membiarkan begitu saja, artinya
biarlah remaja itu memilih sendiri, mau ikut ikut persekutuan atau tidak
terserah dia. Asalkan gereja sudah menyediakan sarana untuk mereka ikut dalam
persekutuan. Sikap demikian bisa saja datang dari siapapun, karena memang
menghadapi remaja adalah menghadapi yang punya banyak persoalan. Apapun
persoalan mereka dan betapa sulitpun mereka dihadapi, itu adalah karena memang
merupakan anugerah pada remaja, karena dia berada dalam situasi yang sulit dan
sarat persoalan. Bila dapat didampingi dalam suasana yang sulit itu justru kita
akan mengharapkan generasi orang dewasa yang baik nantinya. Hal yang mau
dikatakan adalah bhagaian dari persekutuan dengan segala keunikannya. Kita
berupaya membuka diri pada keunikan tersebut.
b.
Karakteristik
Remaja
Umumnya
remaja memiliki karakteristik yang unik. Karakter tersebut terjadi karena pada
usia tersebut remaja memiliki sikap-sikap mental yang berubah-ubah. Dalam usia
remaja itu mereka memiliki ciri-ciri umum yang bisa berupa pergolakan batin
yang antara lain sebagai berikut :
§ Kegelisahan,
pada usia remaja remaja biasanya memiliki banyak hal yang diinginkan. Pada
umumnya, keinginan untuk melakukan sesuatu sangat besar, tetapi keinginan itu
terbentur juga dengan perasaan bahwa ia juga merasa diri belum mampu melakukan
berbagai hal. Itu menyebabkan seorang remaja bisa dikuasai perasaan gelisah
akibat keinginan yang tidak tersalurkan.
§ Selalu
ingin mencoba, sikap ini terlihat pada remaja. Mereka suka mencoba hal-hal yang
baru, misalnya seorang remaja puteri bersolek dengan mode dan merek kosmetik
yang terbaru. Demikian pula remaja putera yang mencoba merokok secara
sembunyi-sembunyi. Tindakan tersebut seolah-olah ingin menunjukkan bvahwa apa
yang bisa orang dewasa lakukan juga bisa dilakukan oleh mereka.[4]
§ Aktivitas
berkelompok. Usia remaja adalah usia berkawan, remaja tidak mau terkurung dalam
kesendirian. Remaja senang berkelompok walau hanya sekedar untuk bercanda dan
bersenda gurau. Keinginan berkelompok adalah cirri umum dari remaja. Kelompok
itu sendiri bisa terbentuk dengan normal, bisa juga terbentuk dari sebuah
kesamaan rasa tidak senang dari beberapa remaja, sehingga mereka membentuk
kelompok untuk sama-sama keluar dari ketidaksenangan tersebut.
Dari
beberapa karakter tersebut, dapat dibayangkan bagaimana pergolakan yang
dihadapi pada usia remaja. Semua itu perlu mendapat penanganan atau
pendampingan dan pembimbingan khusus agar mereka bertumbuhnya sesuai dengan
yang diharapkan oleh orang tua, keluarga, lingkungan dan ajaran agama. Problem
remaja diatas merupakan problem remaja secara umum, dan itu tentunya juga
dialami oleh remaja-remaja gereja. Oleh sebab itulah maka sangatlah vital peran
dari guru-guru agama disekolah, Pembina SPR di gereja dan kita semua sebagai
jemaat utnuk mendampingi remaja-remaja kita dalam proses pertumbuhan mereka
kearah dewasa, dan kearah pembentukan jati diri yang religius. Dengan demikian
maka sangatlah penting pendidikan yang tertata, terarah, dan terorganisir
dengan baik terkait pendidikan untuk remaja Kristen, agar mereka bisa menjadi
warga masyarakat dan penerus gereja yang menjadi sumber rekonsiliasi bagi
lingkungannya kelak.
Dengan
melihat pentingnya pendidikan agama Kristen bagi remaja tersebut, maka penulis
melakukan survey terhadap pelayanam SPR di sebuah jemaat yaitu Jemaat GKE
Tumbang Apat. Dan berikut adalah hasil dari survey tersebut.
A.
PELAYANAN
SPR DI JEMAAT GKE DESA TUMBANG APAT
Pengantar
Desa
Tumbang Apat berada di wilayah Kecamatan Sungai Babuat, Kabupaten Murung Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah. Didesa ini telah terbentuk jemaat GKE.
Jemaat
GKE Tumbang Apat adalah salah satu bagian dari jemaat yang dilayani oleh resort
GKE Permata Intan. Kendatipun jemaat ini tergolong baru dan agak terpencil
tetapi jemaatnya sudah cukup banyak, demikian pula dari segi aktivitas
pelayanan didalamnya, pelayanan terhadap SHM dan SPR juga sudah mulai ada.
Dalam tulisan ini penulis ingin mengangkat tentang pelayanan terhadap SPR
jemaat tersebut.
Dalam rangka peningkatan pelayanan gereja terhadap
para remaja di seluruh daerah pelayanan GKE maka melalui tulisan ini penulis
ingin mengemukakan beberapa kondisi yang terkait dari situasi pelayanan, baik
dari segi signifikansinya, kualifikasi guru, yang dalam hal ini menyangkut
kualitas dan metode yang diterapkan oleh guru (Pelayan PAK) dan karakteristik
yang ada pada murid yang diajarkan. Tulisan ini penulis angkat berdasarkan
panduan pertanyaan yang telah disediakan bagi penulis dan dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat membantu penulis dalam rangka mengetahui
dan mendapatkan informasi konkreet tentang situasi pelayanan yang ada di jemaat
GKE Tumbang Apat tersebut.
B. SITUASI PELAYANAN TERHADAP SPR
JEMAAT TUMBANG APAT
Melalui
sebuah survey yang penulis lakukan dengan cara berbincang-bincang dengan guru
(Pembina) SPR setempat penulis mengetahui bahwa sebenarnya keadaan pelayanan
SPR ditempat itu cukup baik dan berkembang. Menurut data yang diperoleh, secara
keseluruhan jemaat Tumbang Apat terdiri dari 49 Kepala Keluarga yang didalamnya
terdapat sekitar :
·
109
orang jemaat dewasa
·
19
orang anak SHM
·
16
orang anggota SPR
Dalam
tulisan ini penulis akan memfokuskan uraian mengenai situasi dan proses belajar
mengajar yang ada dalam pelayanan untuk remaja pada jemaat tersebut, uraiannya
ialah berdasarkan hasil wawancara dengan seorang pendeta yang menjadi pelayan
bagi jemaat Tumbang Apat. Berikut ini penulis menguraikan gambaran umum hasil
wawancara tersebut :
a.
Keadaan
Murid dan Aktivitas Yang Digemari
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Pdt. Jimmy S.Th,[5]
setelah sekitar Sembilan bulan mengajar di SHM dan SPR Jemaat Tumbang Apat ia
mengatakan bahwa ia merasakan adanya peningkatan dalam pelayanannya. Secara
khusus dari segi pelayanannya terhadap SPR ia mengatakan bahwa SPR tempatnya
melayani adalah remaja-remaja yang unik, kreatif dan mau sungguh-sungguh
belajar tentang firman Tuhan, cara berorganisasi, dan juga bagaimana
mengembangkan kreatifitas diri mereka.[6]
Hal itu dia ungkapkan sebagai suatu antusias melihat para remaja yang dia
layani itu sudah mau “membuka diri” untuk belajar hal-hal yang potitif,
contohnya kata Jimmy “anak-anak remaja
itu tidak malu lagi untuk tampil menyanyi ketika ada Safari Natal Bupati Murung
Raya pada desember kemarin dan apa yang mereka tampilkan mendapat sambutan yang
cukup meriah dari Pak Bupati”. Itu merupakan sebuah perkembangan katanya,
mengingat ketika ia tiba disana sembilan bulan yang lalu, kegiatan jemaat sama
sekali tidak ada yang menyangkut pelayanan terhadap remaja. Ketika penulis
bertanya tentang aktivitas apa yang paling digemari oleh remaja yang
dilayaninya, dia mengatakan bahwa seperti halnya remaja lain remaja di jemaat
inipun memiliki kesenangan berkumpul dengan temannya, rekreasi, misalnya ke air
terjun dan juga masak bersama-sama. Didalam pelayanannya sendiri ia mengatakan
bahwa para remaja itu akan sangat antusias apabila diajak kebaktian padang
bersama dengan remaja-remaja dari kampung atau jemaat yang lain. Dari jawaban
Pembina pelayanan SPR di Jemaat GKE Desa Tumbang Apat tersebut penulis melihat
ada beberapa aktivitas yang ternyata paling digemari oleh remaja setempat yaitu
diantaranya :
·
Rekreasi atau retreat
·
Berkumpul dengan teman-teman
·
Berdiskusi ( sharing )
Penulis
menyimpulkan ketiga hal tersebut berdasarkan keterangan dari Pembina SPR
setempat yang telah melihat kondisi yang ada ketika dia melayani mereka.
b.
Keadaan
Guru ( Pembina ), Masalah Dalam Melayani dan Kebutuhan Murid ( Remaja yang
dilayani ).
Dalam melayani SPR di jemaat
Tumbang Apat, Jimmy juga mengungkapkan bahwa minat yang paling ia minati ialah
melakukan metode ceramah yang menurutnya juga sangat diminati oleh remaja yang
dilayaninya dan cukup mudah untuk dimengerti dan diikuti oleh mereka. Tetapi
melayani remaja disitu juga harus menghadapi berebagai masalah, dari segi
murid, Jimmy mengatakan sangat sulit untuk mengajar karena kebanyakan dari
remaja disana mkasih suka ngobrol dan tidak serius ketika mengikuti ibadah yang
berlangsung. Selain masalah dalam menghadapi murid-murid, permasalahan juga
terjadi dengan sarana dan prasarana yang sangat minim untuk mengajar, misalnya
buku-buku yang berisi panduan metode untuk mengajar tidak dimiliki, selain itu
keterbatasan sarana penunjang yang lain juga masih dibutuhkan misalnya kerja
sama antara anggota majelis jemaat, ketua jemaat dan perhatian dari majelis
resort terhadap pelayanan itu sangat kurang. Ia menyampaikan bahwa inisiatif
mengajar SPR itu dia ambil sendiri, mengingat sangat pentingnya pendidikan
untuk remaja itu sebagai penerus gereja, tetapi cenderung tidak diperhatikan
pelayanan terhadap mereka oleh gereja setempat. Situasi tersebut memperlihatkan
bahwa yang sangat diharapkan dalam pelayanan itu ialah kerja sama semua pihak,
terutama ketua jemaat setempat dengan tenaga pelayan. Dalam melayani remaja,
kebutuhan tentang keuangan juga sangat diperlukan, ini bisa digunakan sebagai
dana apabila harus menjalankan suatu proyek atau program, contohnya rekreasi
atau retreat.
Kebutuhan
remaja setempat ialah, dengan melihat dari kondisi yang ada bahwa remaja sedang
menjalani masa transformasi dalam dirinya tentu remaja membutuhkan pengenalan
dan hubungan yang intim dengan Allah agar mereka tidak terperosok kedalam
pergaulan yang salah mengingat masa remaja adalah masa yang rentan godaan untuk
mencoba hal-hal baru, penerimaan dari teman-teman dan lingkungan sekitarnya dan
juga bagaimana ia mengasihi menerima dan menghargai orang lain, selain itu
bimbingan, pengajaran serta peran orang tua yang memadai sangat dibutuhkan juga
oleh mereka. Semua itu merupakan beberapa kebutuhan mendasar diantara sekian
banyak hal yang mereka butuhkan melalui pelayanan seorang guru atau Pembina
agar mampu menuntun remaja-remaja tersebut dalam bertumbuh. Kebutuhan tersebut
hanya bisa dicapai dengan pelayanan yang baik terhadap mereka, pelayanan yang
baik itu tentunya juga hanya bisa dicapai apabila seorang guru atau Pembina
remaja tersebut difasilitasi oleh kemampuan mengajar yang baik pula.
Fasilitas-fasilitas yang menunjang proses belajar mengajar juga sangat berperan
penting, demikian juga peran para majelis jemaat bahkan sampai majelis yang
menangani resort tersebut diharapkan bisa membantu Pembina untuk menyediakan
fasilitas mengajar seperti buku-buku dan bahan mengajar yang sekiranya memadai
sesuai kebutuhan dari tempat pelayanan. Jimmy juga mengatakan kesulitan
terbesar dalam pelayanannya selama ini ialah faktor finansial, sulit sekali
melaksanakan suatu pendidikan tanpa modal uang.
Selama dia mengajar di SPR tersebut, hanyalah iuran dari peserta
didiknyalah yang memampukan ia untuk melaksanakan kegiatan mengajarnya. Dengan
demikian tentulah kesadaran dari jemaat setempat harus lebih tinggi lagi demi
para remaja yang tengah belajar. Kesadaran tersebut ialah adanya harapan agar
jemaat juga turut serta memperhatikan pelayanan terhadap para remaja tersebut.
Pada masa-masa remaja, seseorang sangat memerlukan tuntunan yang benar dari
semua pihak, tidak terkecuali para anggota jemaat dan juga orang tua. Agar iman
mereka semakin terbentuk, dan hubungan mereka terjalin dengan Tuhan mereka
sangat memerlukan pembinaan dan pengajaran, disitu tentu ada proses belajar
mengajar yang juga tentunya ditekankan kualitas guru yang mengajar. Untuk
mendapatkan kualitas hasil mengajar yang baik seorang guru tentunya harus
mempunyai bahan-bahan mengajar yang baik pula, panduan mengenai metode-metode
tertentu dalam mengajar. Itu merupakan situasi umum yang dihadapi sebagai
masalah bagi penunjang pengajaran terhadap SPR di jemaat tersebut. Dalam mengajar
kesulitan juga dihadapi karena murid yang diajar banyak yang datang hanya
karena mau rame-rame dengan teman, masih ada yang suka rebut, kurang serius dan
ada pula yang pasif saja. Ini tentunya membutuhkan kesabaran dan juga sebuah
metode yang tepat untuk menyikapi hal tersebut dari seorang guru.
Menanggapi
permasalahan diatas, menurut wawancara penulis dengan Pembina SPR setempat, ada
beberapa hal yang perlu menjadi penekanan sebagai jalan keluar.
Kemungkinan-kemungkinannya ialah diadakannya pertemuan antara Pembina dengan
majelis jemaat, perhatian dari jemaat untuk memfasilitasi pendidikan atau
pelayanan terhadap remaja tersebut, dengan demikian upaya pembinaan terhadap
mereka bisa berjalan dan mencapai hasil yang diinginkan.
Upaya
Pengembangan Program Untuk Pelayanan SPR Berdasarkan Kebutuhan Remaja Sesuai
Hasil Survey
Cara
untuk mencapai tujuan pengajaran dalam suatu program pengajaran di sebut metode
pengajaran. Seorang guru atau Pembina Seksi Pelayanan Remaja (SPR) tidak hanya
menunjukkan tujuan pengajaran kepada murid-muridnya, tetapi ia juga harus
menguasai metode pengajaran yang memungkinkan murid-muridnya bisa tiba pada
tujuan itu. Yesus sendiri menegaskan bahwa dirinya sendiri itulah jalan untuk
mencapai tujuan itu. Karena itu, seorang guru atau Pembina SPR harus mampu
memperkenalkan serta membawa murid-muridnya kepada Yesus sebagai satu-satunya
jalan bagi keselamatan mereka. Seperti
hasil wawancara penulis dengan Pembina SPR diatas, ia melihat bahwa umumnya kebutuhan
kaum remaja adalah pengenalan terhadap Tuhan, itu sesuai juga dengan asumsi
penulis melihat kondisi remaja yang pada saat ini hidup ditengah kemajuan zaman
yang dihiasi pula oleh kemajuan teknologi dan modernisasi. Pembinaan terhadap
remaja-remaja Kristen untuk mengarahkan dan memperkenalkan mereka kepada Tuhan,
mengingat usia remaja yang kritis dan tidak mudah percaya begitu saja. Jadi
pengenalan itu bisa dilakukan menggunakan sebuah program pendidikan yang
terorganisir dengan baik dengan menggunakan metode yang tepat dan mampu membuat
remaja-remaja itu mengalihkan perhatian mereka kepada ajaran kekristenan dan
mengidentitaskan Kristus dalam diri dan hidup mereka sehingga mampu bertumbuh
menjadi warga Negara dan warga gereja yang siap berhadapan dengan realitas
zaman.
Berikut
adalah contoh programing PAK yang menjawab salah satu dari sekian banyak
kebutuhan remaja-remaja kita :
Sasaran : Kaum Remaja
Kebutuhan
Remaja : Mengenal
Allah dan karyanya dalam diri kaum remaja
Pelaksana : 1. Pendeta dan Majelis
Jemaat
: 2. Pembina remaja
: 3. Orang tua
: 4.
Remaja yang bersangkutan
Alokasi
waktu :
Berkesinambungan ( diharapkan program yang
disampaikan selalu relevan dalam kehidupan kaum remaja ), meteode yang
dilakukan bisa disesuaikan dengan situasi.
Tujuan
kompentensi : Membentuk kesadaran
remaja untuk lebih dekat dan mengenal Tuhan
secara intim, sehingga remaja yang sedang dalam pertumbuhannya bisa
tumbuh menjadi orang dewasa yang beriman. Remaja membentuk sikap diri yang
religious dan membuat dirinya lebih diterima dalam masyarakat.
Substansi : Menjawab
tantangan dari realitas yang ada, bahwa dalam perkembangannya remaja relatif
kritis terhadap berbagai hal termasuk agama dan Tuhan. Pada usia remaja
kehidupan beriman menurun kadarnya, ini disebabkan karena usia remaja umumnya
lebih tertarik dengan hal-hal logis seperti yang ditawarkan oleh ilmu
pengetahuan, dengan demikian suatu ajaran agama tentang Tuhan yang diluar
logika akan membuat remaja itu menjadi bingung. Dengan itu maka kehadiran PAK
bagi Remaja akan sangat berpengaruh dan berperan penting dalam rangka membentuk
jati diri dan pengenalan mereka akan Allah yang adalah sumber ilmu pengetahuan.
Metode :
Ø Persekutuan Remaja
Persekutuan remaja biasanya menjadi
bagian pelayanan kategorial dalam gereja. Para remaja berkumpul bersama dalam
suatu ibadah yang sudah ditentukan jadwalnya. Metode ini disesuaikan dengan
hobby dari kaum remaja yang biasanya cenderung suka berkumpul. Jadi PAK disini
muncul dengan memberikan sosialisasi bahwa berkumpul dalam rangka ibadah lebih
bermanfaat daripada berkumpul yang tidak jelas manfaatnya.
Ø
Sharing
Keadaan
dan sifat remaja yang kritis dan juga ingin didengarkan dapat dilakukan dengan
memakai metode ini. Sharing dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan satu
orang pendamping setiap kelompok. Di sini diajarkan komitmen untuk menjaga
kepercayaan bersama, saling berbagi pengalaman, dan mencari solusi berbagai
masalah bersama-sama pula.
Ø Retreat & Kebaktian Padang
Remaja juga umumnya senang ke
tempat-tempat yang unik, dengan demikian bentuk pelayanan dengan menggunakan
metode yang berjenis “rekreasi” akan memberikan kemudahan untuk mebawa para
remaja untuk belajar tentang Tuhan, ditempat yang sesuai dengan keinginan
mereka, pastinya mereka akan lebih bersemangat mengikuti kegiatan yang kita
programkan. Mengasingkan diri sesaat
dari keramaian dapat menolong pertumbuhan spiritualitas para remaja. Suasana
hening akan memberi ruang lebih bagi PAK yang akan disampaikan. Tujuannya ialah
agar dalam keadaan sesibuk apapun para remaja tetap menyediakan waktu khusus
untuk dia bersekutu dengan Tuhan secara pribadi mau secara bersama-sama orang
percaya. Para remaja juga akan dapat bersosialisasi dengan teman-temannya,
saling memupuk dan mempererat kebersamaan untuk saling membangun untuk mencapai
tujuan yang diidam-idamkan.
Evaluasi
: Setelah melaksanakan program dengan
menggunakan salah satu dari metode yang
ada, maka seorang Pembina harus melakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai
dalam proses belajar mengajar tersebut, ini menyangkut sejauh mana metode yang
digunakan tersebut dalam memjadi fasisilitator dalam mencapai tujuan, jika
metode yang digunakan dalah sharing maka evaluasi yang dilakukan bisa dengan
memberikan angket untuk diisi tentang apa yang murid dapatkan dari topic yang
dibicarakan saat metode itu berlansung.
Dari usulan program
diatas, penulis akan memberikan contoh pelaksanaan untuk satu kali pertemuan
atau kegiatan dengan menggunakan salah satu dari metode yang diusulkan :
Contoh Pelaksanaan
Program PAK Dalam Satu Kali Pertemuan
Dasar Alkitabiah :
Yohanes 3 : 22-36
Tema : Mengenal Siapakah Sesungguhnya
Yesus itu ?
Setting : Di tempat-tempat yang disenangi
oleh remaja yang umumnya berbaur dengan alam, misalnya dipadang atau dipantai.
Metode :
Melalui Retreat, yang didalamnya diisi kegiatan :
§ Pendalaman
Alkitab/Meditasi
§ Merenungkan
nast yang telah ditentukan
§ Mencatat
hal-hal penting yang dibaca
§ Mencatat
hal-hal yang didapat,
Ajak
mereka untuk merenungkan bersama-sama tentang siapa Yesus sesungguhnya, apa
yang Yesus inginkan dari manusia, apa yang akan diperoleh oleh seseorang yang
beriman dan percaya pada Yesus.
Tujuan : Para remaja bisa merenungkan dan mengetahui, siapa sesungguhnya Yesus,
dan apa peran Yesus dalam diri mereka sehingga mereka menyadari bahwa Yesus
adalah akar dan sumber dari kehgidupan remaja itu sendiri.
Sebagai
Evaluasi : Setelah
kegiatan itu selesai berikan semacam angket ke tiap-tiap orang berilah mereka
waktu menurut hari yang ditentukan untuk membawa angket tersebut. Didalam
angket tersebut kita buat beberapa pertanyaan, misalnya :
·
Setelah mengikuti kegiatan retreat, apa
yang didapatkan oleh mereka ?
·
Bagaimakah perasaan mereka selama ini
tentang Yesus dalam hidup mereka ?
·
Bagaimanakah sikap mereka sekarang
terhadap Yesus ?
·
Apa pesan yang mereka dapatkan melalui
nast tersebut ?
·
Apa komitmen dari mereka terkait
hubungan mereka dengan Tuhan ?
Diatas adalah contoh pelaksanaan program
secara sederhana dalam satu kali pelaksanaan, untuk lebih mudah memahaminya
penulis akan memberikan contoh sistem program tersebut dalam bentuk bagan agar
bisa menjadi sebuah acuan untuk membuat program, menetapkan metode, dan
mengevaluasikan hasil pembelajaran, berikut adalah bagan dari siklus
pelaksanaan suatu program :
Bagan tersebut sengaja
penulis buat agar seorang Pembina atau guru dalam pelayanan SPR bisa memahami
sistem dalam pengajaran yang tepat. Suatu program akan tepat guna bila sistem
yang dipakai juga tepat. Dalam banyak hal, apapun metode yang dilakukan tidak
akan pernah berhasil jika tidak dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang
baik, ramah dan sejiwa dengan gaya remaja yang diajar. Remaja membutuhkan sosok
guru yang ramah, peduli, mengerti dan tidak pilih kasih dalam mengajar,
cerminan Kristus harus selalu ada dalam seorang Pembina atau guru dalam
kategori apapun, dengan demikian apa yang diajarkan akan mudah melekat dihati
muridnya.
Daftar
Bacaan :
Ø Nuhamara,
Daniel. Pendidikan Agama Kristen Remaja. Bandung
: 2008. Jurnal Info Media.
Ø Alkitab
Ø Sene, Alfons Kita Berkatekese Bagi Remaja Flores NTT : 1989. Penerbit Nusa Indah.
Ø Mangunhardjana,
A.M. Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta
: 1986, Penerbit Kanisius.
Ø Tacoy,
Selvester M. 6 Kunci Sukses Melayani Kaum
Muda. Jakarta : 2008 . Yayasan Kalam Hidup.
[1] Alfons Sene, Kita Berkatekese Bagi Remaja ( Flores
NTT : Penerbit Nusa Indah 1989 )
[2] Bdk. A.M. Mangunhardjana, Pendampingan
Kaum Muda ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius 1986 ) hal 16
[3]
Bdk. Selvester M. Tacoy , 6 Kunci Sukses
Melayani Kaum Muda ( Jakarta : Yayasan Kalam Hidup 2008 ), hal 11
[4]
Opcit hal 14
[5] Pdt. Jimmy adalah pelayan dari
GSJA yang bekerja untuk GKE Resort Permata Intan di Jemaat Tumbang Apat.
[6] Wawancara dengan Pdt.
Jimmy, Sabtu tanggal 19 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar