1.
Abraham (Kejadian 12-25:1-11)
A
|
bram
bin Terah adalah seseorang yang dipilih Allah dari silsilah Sem (kej
11:10-27;31-32). Ia berasal dari
Ur-Kasdim dan ia tidak tinggal menetap disana melainkan berpindah tempat[1]
setelah peristiwa pemanggilannya. Panggilan itu adalah panggilan Allah yang
memerlukan jawaban ketaatan karena bukan karena Abram adalah orang terbaik
melainkan semata-mata atas kehendak Allah sendiri[2],
sejak pemanggilan itu pula namanya menjadi Abraham (Kej 12). Dalam hidupnya ia
adalah contoh terbaik dari iman yang hidup[3]
karena senantiasa berharap pada pimpinan Allah, percaya akan janji Allah,
mewarisi berkat Allah serta disebut sahabat Allah ( Yak 2:23). Sebagai bukti
imannya tersebut ia rela mengorbankan Ishak yang adalah anak perjanjiannya
dengan Allah, anak lelaki satu-satunya yang dimilikinya dan Sarah. Meskipun ia
tidak mengetahui apa yang menjadi maksud Tuhan memerintahkannya berbuat
demikian namun ia tetap melakukannya (Kej 22).
Sebagai
bapa orang beriman Abaraham juga disebut sebagai bapa orang berdosa karena ia berdusta dua
kali tentang status istrinya. Pertama dalam Kejadian 12:10-20 ketika mereka ada
di Mesir dan yang kedua adalah ketika Abraham di Tanah Negeb dalam Kejadian 20: 1-18. Sebenarnya kata-kata Abraham mengakui Abraham
sebagai saudaranya tidak sepenuhnya salah karena memang benar Sarah adalah
saudaranya (Bdk Kej 20:12) namun juga tidak sepenuhnya benar karena pada saat
itu Sarah sudah menjadi istrinya. Jadi, sekalipun kata-kata itu sebetulnya tidak salah, tetapi karena
maksud hati Abraham adalah menipu/berdusta, maka hal itu adalah dosa! Semua
dilakukannya karena Abraham takut dibunuh sehingga Abimelekh dan Firaun
mengambil Sarah menjadi istrinya, selain karena kecantikan Sarah (Kej 12:14-15)
juga karena ingin menjalin hubungan dengan Abraham karena kekayaan yang
dimilikinya (Bdk Kej 13:2). Kemudian hal ini berakibat buruk bagi Abraham
karena Sarah diambil menjadi istri orang lain bahkan menjadi halangan bagi
rencana Allah yang akan memberikan anak pada Abraham dan rencana Allah tentang
Mesias yang akan lahir berdasarkan garis keturunan Abraham dan Sarah sendiri.
2. Musa
(Keluaran, Bilangan, Ulangan)
Musa atau hv,êmo Masha yang artinya adalah menarik atau mengangkat [4] adalah
keturunan Lewi yang lahir pada saat penindasan Mesir oleh Firaun. Ia dipanggil
oleh Allah pada saat ia dalam pelariannya ke tanah Midian sewaktu ia
menggembalakan kambing domba milik mertuanya Yitro. Ia adalah seorang nabi yang
ideal, hamba Allah yang sebenarnya dan pengantara yang sangat dipercaya untuk
menyampaikan Firman Allah kepada manusia (Bil 12:1-5; Ul 18:15-22), ia dianggap
sebagai perantara segala hal yang banyak terjadi di Israel antara lain tahun
Keagamaan Yahudi, semua upacara dan pestanya (Kel 23:14,dst ; 34:22-24 ; Im 23
; Ul 14), persembahan korban, hukum-hukum, dan peraturan-peraturan[5]
bahkan ia lah orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk membawa Israel keluar dari
Mesir dengan segala kekuatan dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya.
Sebagai orang pilihan Allah, Musa
bukanlah orang yang sempurna. Dibalik semua kelebihannya Musa juga adalah orang
yang berdosa. Dosa nya yang pertama adalah ia membunuh orang Mesir meski hal
itu dilakukan karena ia membela bangsanya. Namun tetap saja hal itu adalah
jahat sehingga ia takut dan lari ke tanah Midian (Kel 2:15). Karena hal
tersebut ia dipandang tidak cocok untuk menjadi pahlawan[6],
akibat yang dia timbulkan dari dosanya itu adalah ia menjadi buronan orang Mesir.
Dosa kedua yang ia lakukan bahkan fatal adalah saat Musa dan bangsa Israel ada
di mata air Meriba. Dalam hal ini ada dua point kesalahan yang musa lakukan.
a. Pengambil
alihan tempat Allah
Bilangan
20:10 “Ketika Musa dan Harun telah
mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka:
"Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah KAMI harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"
Kata kami dalam
hal ini merujuk pada Musa dan Harun (tapi dalam hal ini tetap berfokus pada
Musa) dianggap menghina kekudusan Allah dengan menempatkan diri sama dan
sejajar dengan Allah, karena pada saat itu Musa yang marah dengan bangsa Israel
yang bersungut-sungut dan bukan Allah. Acuan kata ini seolah-olah selama ini
Musa lah yang menimbulkan keajaiban-keajaiban serta menolong bangsa itu dan
bukan Allah. Akibatnya Musa (dan Harun) tidak boleh memasuki tanah Perjanjian.
b. Penyimpangan
perintah
Bilangan
20:8
"Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun,
kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; KATAKANLAH di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi
airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan
memberi minum umat itu serta ternaknya."
Allah menyuruh Musa memerintah bukit batu itu agar
mengeluarkan air dan yang dilakukan Musa adalah memukul bukit batu itu
sebanyak dua kali. Namun, sebagaimana kita ketahui dalam ayat ini, Musa
mengambil-alih kedudukan Allah, baik melalui kata maupun tindakan. Walaupun
memang Batu itu tetap mengeluarkan air yang cukup diminum oleh bangsa Israel
saat itu bahkan ternak mereka pun minum (ayat 11) tetapi jelas Musa tidak
melakukan perintah "persis" seperti yang ditetapkan Allah.
3. Raja-
raja Israel
Sebelum munculnya raja-raja yang
memimpin Israel, bangsa itu dipimpin oleh hakim-hakim yang memimpin suku-suku
Israel. Kerjasama antar suku/bangsa adalah ketika mereka diserang maka akan
muncul seorang hakim yang akan memimpin mereka dan begitu seterusnya hingga
suku-suku tersebut menuntut adanya seorang raja pada Samuel (1 Sam 8:5-20)
untuk memerintah mereka, menghakimi bahkan memimpin mereka dalam perang[7]
melawan bangsa yang ingin menyerang mereka (contohnya Filistin, Moab, Amalek,
Aram, dan lainnya).
Alasan bangsa itu meminta dilantiknya
seorang raja adalah karena pada saat itu Nabi Samuel yang dianggap sebagai
kepala pimpinan agamaniah bangsa Israel sudah lanjut usia dan anak-anaknya
tidak seperti Samuel, kemudian karena mereka ingin seperti bangsa-bangsa lain
yang punya seorang raja yang mempimpin mereka dan yang paling fatal adalah
mereka menolak Allah[8],
dalam artian mereka tidak menyadari bahwa Allah lah Raja yang harusnya mereka
sembah. Namun Allah tetap berkenan atas permintaan mereka dengan
mengabulkannya.
1. Raja
Saul
adalah keturunan Benyamin anak dari
Kish. Saul adalah raja Israel pertama yang diurapi Samuel berdasarkan petunjuk
Allah. Ia mempunyai keunggulan secara fisik (1 Sam 9:2), mempunyai tabiat baik
dan patut dipuji, pemalu, tidak sombong (1 Sam 9:21 ; 10:22), tabah dan berbudi
luhur, tangkas, berani menyingkirkan para pemanggil arwah (1 Sam 28:3) dan
menghendaki kehidupan susila yang suci. Saat menjadi raja ia diperlengkapi
Allah dengan anugerah istimewa yakni diantaranya Roh Tuhan berkuasa atasnya
sehingga ia bernubuat[9] (1
Sam 10:10) dan juga ia menang atas bangsa-bangsa lain yang hendak mencelakakan
Israel.
Namun raja tersebut akhirnya jatuh dalam
dosa. Ada 3 point utama dalam hal ini,
a. Pertentangannya
dengan Samuel (1 Sam 13:13-15), dikatakan saat itu bangsa israel hendak
berperang melawan Filistin yang sudah berbaris dan siap berperang. Saul
diperintahkan untuk menunggu Samuel, namun melakukan perbuatan lancang dengan
melangkahi Samuel untuk mempersembahkan korban bakaran pada Tuhan. Ia bersikap
tidak sabar, tergesa-gesa dan sembrono sehingga ketika perang tersebut Yonatan
– anaknya – menjadi alat Tuhan untuk menimbulkan kekacauan dan kemalangan dalam
perang tersebut. Juga pada pasal 15:1-35, Saul melakukan perbuatan durhaka dan
juga menipu sehingga ia ditolak Allah menjadi raja Israel.
b. Keirihatian
Saul pada Daud. Ketika Roh Tuhan mundur atas diri Saul, maka Allah memberkati
Daud dan memilihnya menjadi raja pengganti Saul. Saul murka dan berusaha
membunuh Daud namun selalu gagal.
c. Kesalahan
fatalnya adalah ketika ia berperang melawan bangsa Filistin, di En-Dor ia
benar-benar menduakan Allah dengan mempercayai sihir untuk memanggil roh Samuel
yang telah meninggal karena ketakutannya melihat bangsa filistin yang ada dekat
perkemahannya. Akhirnya Allah murka dan menyerahkan ia berserta anaknya ke
tangan orang Filistin, namun seperti yang ada pada pasal 31, akhirnya dalam
keputusasaannya, ketakutannya ia tenggelam dalam kebinasaan yaitu dengan bunuh
diri (ayat 4).
2. Raja Daud
Daud adalah seorang raja pahlawan yang
ideal, kebesarannya dan berkenan di hati Allah sehingga ia dipilih menjadi raja
atas Israel. Daud selalu mengambil sikap yang hormat kepada Saul dan Ia
mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan. Daud juga terkenal sebagai prajurit
dan pemimpin perang yang berhasil. Namun ia berdosa kepada Tuhan dengan
merampas Betsyeba. Istri Uria. Walaupun Daud sudah menyesal ketika
diperingatkan oleh Nabi Natan. Namun hukuman untuknya tidak dihapuskan oleh
Allah, yaitu 4 orang anaknya meninggal, anak dari Betsyeba, Amnon, Absalom dan
Adonia.
3. Raja
Salomo
Adalah raja yang terkenal dengan hikmat
dan kebijaksanaanya. Bahkan dikatakan bahwa israel mencapai puncak kejayaannya
pada masa pemerintahan raja ini. namun orang yang dikasihi Allah ini akhirnya
jatuh ke dalam dosa. Pada waktu tuanya hatinya dicondongkan oleh istri-istrinya
kepada allah lain, ia mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk allah-allah
tersebut. Allah menghukum dia yaitu kerajaannya akan pecah namun tidak pada
masa pemerintahannya karena Allah mengasihi Daud tapi berlaku pada masa
pemerintahan keturunan Salomo[10]. Kemudian
Salomo mati dan seperti yang sudah dinubuatkan bahwa kerajaannya akan pecah
yaitu menjadi Israel dan Yehuda.
Raja-raja di kerajaan Israel yaitu
Yerobeam, Nadab, Baesa, Ela, Zimri, Omri, Ahab, ahazia, Yoram, yehu, Yoahas,
Yoas, Yerobeam II, Zakarya, Salum, Menahem, Pekahya, Pekah dan Hosea. Secara umumnya jatuh ke dalam dosa yaitu tidak
takut akan Tuhan, penyembahan terhadap baal dan juga pembunuhan terhadap pendahulunya
agar bisa menjadi raja.
Sementara raja-raja di Yehuda adalah Rahabeam,
Abiam, Asa, Yosafat, Yoram, Ahazia, Atalia, Yoas, Amazia, Uzia, Yotam, Ahas,
Hizkia,manasye, Amon, Yosia, Yoahaz, Yoyakim, Yoyakhin, Zedekia. Secara umum
dosa yang dilakukan raja-raja di wilayah Yehuda ini adalah penyembahan terhadap
berhala dan tidak takut akan Tuhan namun takluk pada kerajaan dunia. Untuk raja
Abiam, Asa, Yoas, dan Yosia adalah 4 raja yang benar-benar takut akan Tuhan.
Mereka menghancurkan berhala-berhala dan patung-patung serta memperbaharui Bait
Allah.
Catatan
Evaluasi:
Dosa bukanlah kata yang
asing bagi kita di masa sekarang. Tapi sadar atau tidak,dosa sudah ada sejak
zaman dulu (zaman kaum beriman dalam PL).
Seperti yang sudah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya. Kaum beriman
pada zaman PL pun pernah melakukan dosa. Kaum beriman diketahui adalah
orang-orang yang dipercayakan atau orang-orang yang dipilih oleh Allah. Namun,
secara sadar atau tidak kaum beriman atau bapa orang beriman yang adalah orang-orang
pilihan Allah itu juga ternyata tidak luput dari dosa. Seperti yang telah
dipaparkan, banyak kesalahan atau dosa yang telah dilakukan oleh mereka
terhadap Allah. Dosa yang dilakukan mereka tidak hanya melalui satu wujud
saja,melainkan dengan berbagai wujud.
Dengan demikian,kita
harus menyadari bahwa kita tidak boleh berbangga atau menyombongkan diri.
Siapapun dan apapun status kita,kita tidak akan pernah lepas dari pengawasan
Allah. Allah tidak memandang siapa kita, ketika berbuat salah (dosa) tidak akan
ada pengampunan bagi kita. Banyak hal yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa.
Misalnya saja seperti Abraham yang melalui kata-katanya tidak bersalah. Tetapi
karena maksud dari semuanya itu adalah menipu, maka itu adalah dosa. Karena itu
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
(Matius 26:41)
Daftar Pustaka
ALKITAB
Baxter,
J. Sidlow, Menggali Isi
Alkitab’Kejadian-Ester’, Jakarta:Yayasan Bina Kasih/OMF,1989
OFM,
Dr.C. Gronen, SOTEROLOGI ALKITABIAH
‘Keselamatan Yang Diberikan Alkitab, Yogyakarta:Kansinus, 1989
Barth,
DR. C, Teologi Perjanjian Lama 1, Jakarta:Badan
Penerbit Kristen, 1970
Wahono,
Pros. S. Wismoady, Di Sini Ku Temukan, Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2000
Peterson,
DR Robert M, Kitab Keluaran, Jakarta:BPK
Gunung Mulia,2006
Snock,
I, Sejarah Suci, Jakarta:BPK Gunung
Mulia, 1955
[1] Barth, C, Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta :
Badan Penerbit Kristen), hal 78
[2] Wahono, S. Wismoady, Di Sini Ku Temukan, (Jakarta:BPK Gunung
Mulia), hal 95
[3] Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab Kejadian-Ester, (Jakarta:Yayasan Bina Kasih OMF), hal 53
[4] Opchid, hal 102
[5] Ibid, hal 100
[6] Paterson, M. Robert, Kitab
Keluaran, (Jakarta:BPK Gunung Mulia), Hal 46
[8] Baxter,
J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab
Kejadian-Ester, (Jakarta:Yayasan
Bina Kasih OMF), hal 270
[9] Ibid, hal 273
[10] Snoek, I, Sejarah Suci, (Jakarta:BPK
Gunung Mulia), hal 143
Tidak ada komentar:
Posting Komentar