Kamis, 06 September 2012

Uraian Singkat Kuliah PKN



Dari bahan kuliah yang ada, pilihlah 3 hal yang anda anggap menarik dan penting ! Uraikan secara logis, rasional, dan sistematis. Sertakan argumentasi anda dan aplikasinya bila anda menjadi seorang pemimpin.
  1. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Setiap warga Negara memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam suatu Negara.[1] Belajar tentang hal ini tentunya akan menimbulkan kesadaran bahwa semua orang  memiliki hak yang sama antara satu dengan yang lain, semuanya itu merupakan pesan dari UUD 1945 yang tertuang dalam Pasal 27, 28, dan 29. Setelah memahami bahwa semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama maka akan timbul upaya-upaya agar bisa saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lain. Upaya ini muncul karena kesadaran bahwa walaupun kita mempunyai hak tetapi hak kita dibatasi oleh hak orang lain. Kita juga disadarkan bahwa kita baru bisa menuntut hak apabila kita telah melaksanakan kewajiban kita.
Mengenai Hak dan Kewajiban Warga Negara ini merupakan salah satu materi yang harus dipahami oleh setiap warga Negara pada umumnya dan juga warga jemaat serta orang-orang percaya pada khususnya. Menurut saya, menjadi seorang pemimpin bukanlah pekerjaan yang mudah, karena ia harus mengarahkan seluruh kemampuan dan keterampilannya untuk memimpin orang-orang menuju tujuan yang hendak dicapai. Menjadi seorang pemimpin ( pendeta ) juga memiliki tugas yang lumayan berat karena ia harus mampu untuk mempengaruhi atau merubah orang-orang yang ada disekitarnya ( terutama warga jemaat ). Sebagai seorang pemimpin, ia seharusnya selalu mengajarkan tugas, peran, dan tanggung jawab sebagai warga Negara, paling tidak disinggung dalam ibadah-ibadah secara formal maupun dalam kehidupan secara informal. Seorang pemimpin ( pendeta ) harus mampu menjelaskan kepada warga jemaat tentang hak dan kewajiban negara secara objektif. Dalam artian, jemaat diarahkan dalam khotbah kepada suatu pemahaman tentang ketundukan dan pengabdian dalam “memberi” baik kepada Allah maupun kepada pemerintah duniawi dimana warga jemaat itu tinggal. Seperti yang ada dalam Mat 22 : 21
Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Sebagai seorang pemimpin ( pendeta ), ia juga bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan kepada mereka dengan bahasa yang baik, mudah dipahami dan menjawab kebutuhan mereka, sehingga pada akhirnya mereka tahu hak dan kewajiban mereka sebagai warga Negara dan bagaimana melaksanakannya.

2.      Pancasila
Pancasila adalah ideologi dan dasar Negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.[2] Mempelajari Pancasila berarti kita berusaha mendalami apa makna yang terkandung didalam tiap-tiap butir Pancasila. Didalam mendalaminya tentu kita bisa merefleksikan makna-makna yang ada didalam kehidupan kita sehari-hari, Eka Dharma Putera menuliskan bahwa suatu bangsa harus mempunyai identitas yang menjawab situasi kemajemukan yang ada di Negara ini dalam suatu wadah yang bisa mempersatukan keragaman kultural yang ada di Indonesia ini. Menurutnya itu hanya terdapat dalam Pancasila yang mampu membawa seluruh rakyat Indonesia merasakan bahwa setiap perbedaan itu yang membawa keindahan serta memampukan semua warga Negara berkiprah untuk menuju suatu tujuan dan cita-cita bersama tanpa memandang perbedaan yang ada.[3]
Seperti disinggung pada jawaban no.1 di atas, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang lebih memadai dari warga jemaatnya serta aplikatif, artinya tidak hanya mengajar melalui tutur kata melainkan juga tindakan secara nyata. Bagi seorang pemimpin ( pendeta ) telah mempelajari dan mendalami tentang Pancasila, tentu ini akan sangat bermanfaat baginya, mengingat ia adalah seorang pemimpin dalam lingkungan jemaatnya. Memahami Pancasila juga memampukan ia memahami pendekatan terhadap perbedaan yang ada dalam jemaatnya. Dengan memahami Pancasila, seorang pemimpin ( pendeta ) dapat memahami nilai-nilai Pancasila sebagai norma untuk hidup bergaul dengan masyarakat pada umumnya maupun dengan jemaat pada khususnya. Seorang Pendeta yang telah mendalami Pancasila tentunya ia juga mengajarkan kepada jemaatnya tentang norma-norma dalam hidup sehari-hari sebagai seorang jemaat Kristen dan sebagai seorang warga Negara. Adapun norma-norma yang dapat diajarkan, yaitu sebagai berikut :
·         Norma Moral, disebut juga dengan norma kesusilaan. Norma kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi.
·         Norma Agama, seorang pemimpin ( pendeta ) dapat menunjukkan kepada jemaatnya tentang norma ini sebagai suatu kewajiban manusia terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan sesamanya.
·         Norma Hukum, norma ini berasal dari luar diri manusia. Ia berasal dari luar kekuasaan diri manusia yang memaksakan kepada kita. Negara diberi kuasa untuk memberi sangsi atau menjatuhkan hukuman dan menentukan aturan.[4]
·         Norma Kesopanan, norma ini berkaitan dengan kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Seorang pemimpin ( pendeta ) dapat mengajarkan kepada jemaatnya bahwa kesopanan disuatu daerah berbeda dengan daerah yang lain, ini sangat bermanfaat sekali bagi jemaat agar bisa menjalani hidup yang bisa diterima oleh setiap lapisan masyarakat di manapun mereka berada.

Secara umum, seorang pemimpin ( pendeta ) pasti menyadari bahwa Jemaat Kristiani yang ia pimpin tidak hanya hidup sendiri, melainkan berbeda satu dengan yang lain baik dari segi agama, budaya, suku dan sebagainya. Oleh karena itu, pemahaman tentang Pancasila sangat bermanfaat bagi seorang pemimpin ( pendeta ) di jemaat, sebab ia akan dijadikan teladan atau contoh bagi warga jemaatnya.

3.      Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata Yunani yaitu demos dan cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.[5] Di dalam sistem demokrasi, masyarakat memiliki peran sentral. Ada kebebasan bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan isi hatinya kepada pemerintah.
Bagi seorang pemimpin ( pendeta ) adalah suatu keharusan baginya untuk membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan terkait demokrasi ; misalnya teori-teori para ahli tentang demokrasi, sistim demokrasi, bagaimana masyarakat yang demokratis, nilai-nilai demokratis dan sebagainya.
Pengetahuan yang demikian menurut saya sangat penting, agar apa yang mau diajarkan kepada warga jemaat menjadi jelas dan terarah serta tidak kabur, karena informasi yang diberikan mengandung kebenaran. Sebagaimana Eka Dharmaputera mengatakan “ kepemimpinan itu harus mengacu kepada mandat atau penugasan Allah, Sang Pemimpin satu-satunya: untuk mengembangkan kemungkinan saling menolong serta kesepadanan, kesetarafan atau kesetaraan, mandat kepemimpinan yang diberikan oleh Allah kepada manusia bersumber pada kesegambaran antara manusia dengan Allah. Kepemimpinan manusia haruslah mencerminkan kepemimpinan Allah. Kepemimpinan yang menghidupkan dan menghidupi, bukan menindas. Kepemimpinan yang adil, bukan sewenang-wenang. Kepemimpinan yang kudus, tidak dikotori oleh hawa nafsu ( kehendak berkuasa )”.[6] Berdasarkan pendapat Eka Dharmaputera di atas, sangatlah tepat bila sebagai seorang pemimpin ( pendeta ) memancarkan citra kepemimpinan Allah didalam dirinya, yaitu mengutamakan keadilan, kesejahteraan, dan pelayanan yang menyeluruh terhadap jemaat yang akan dipimpinnya.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin ( pendeta ), adapun program-programnya harus yang sesuai dengan kebutuhan kebanyakan orang dalam jemaatnya dan telah disepakati secara bersama. Proses mencapai kesepakatan bersama itu bisa melalui rapat, musyawarah, dan votting sehingga tercapailah suatu kesepakatan mengenai program yang akan dilaksanakan. Jadi, bukan kehendak dari pemimpin itu sendiri melainkan kehendak dari warga jemaat.

Itulah sebabnya, saya merasa sangat menarik dan penting dalam mempelajari tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara, Pancasila, dan Demokrasi karena materi ini mempersiapkan saya untuk menjadi seorang pemimpin ( pendeta ) dimasa yang akan datang.




Sumber Bacaan :
·   Alkitab
·   Makalah Kelompok 3, 1, dan 5
·   Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT Bumi Aksara 2007
·   Dharmaputera, Eka. Pancasila Identitas dan Modernitas. Jakarta : BPK Gunung Mulia 1987
·   Dharmaputera, Eka. Kepemimpinan : Perspektif Alkitab dalam Kepemimpinan Kristiani: Spiritualitas, Etika, dan Teknik-teknik Kepemimpinan dalam Era Penuh Perubahan. Jakarta : STTJ 2001
Untuk Memenuhi Tugas
Mata  Kuliah:
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen  Pengampu :
Tulus Tu’u S. Th, M.Pd


 








       

Oleh :
Regina Elriana Oki Prigiya
NIM :
11. 16. 31




                                                        SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
 BANJARMASIN,  APRIL 2012


[1] Makalah kelompok 3, tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara
[2] Makalah Kelompok 1, tentang Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional, hal 4
[3] Bdk. Eka Darmaputera, Pancasila Identitas dan Modernitas, hal 6
[4] Winarno, S.Pd., M.Si. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, hal  8
[5] Makalah kelompok 5, Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi, hal 1
[6] Eka Darmaputera, “Kepemimpinan: Perspektif Alkitab” dalam Kepemimpinan Kristiani: Spiritualitas, Etika, dan    Teknik-teknik Kepemimpinan dalam Era Penuh Perubahan (Jakarta: STTJ, 2001),  hal 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar