PENDAHULUAN
Jika kita melihat sepintas, tampak bahwa misi
Yesus di dunia selama hidup-Nya tidak begitu berhasil. Ia hanya menghasilkan
dua belas orang murid dan beberapa pengikut yang lain. Secara kuantitas sangat
sedikit. Dua belas orang murid seperti mustahil untuk mengijili seluruh bumi.
Namun
tidak demikian yang terjadi, dua belas orang murid menjadikan Injil dikenal
seluruh dunia. Hal ini membuktikan bahwa misi Yesus di bumi sangat berhasil.
Setelah mereka menerima Roh Kudus yang dijanjikan, mereka menjadi pemberita
Injil yang berapi-api, mengabarkan Injil ke seluruh bumi.
Penginjilan
yang lebih luas juga dilakukan oleh Paulus, ia keluar dari wilayah teritorial
Israel dan menginjili di tempat-tempat yang belum mengenal Injil. Baik Yesus,
murid-murid Yesus maupun Paulus, ketika melakukan penginjilan, mereka
mengkaderkan orang-orang yang selanjutnya akan menjadi pemberita firman di
tempat tersebut. Seperti Lukas kepada Teofilus, Paulus kepada Timotius, Filemon,
Silas. Murid-murid yang lain kepada tujuh orang pelayan (Kis 6:5 Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka
memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus,
Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi
dari Antiokhia). Kader-kader ini yang akan memberitakan firman selanjutnya
secara berkesinambungan, sehingga makin banyak kader yang dihasilkan dan Injil
dapat diterima oleh semua orang.
Dalam
bahasa Yunani mathetes
(Mathetes) yang berarti murid. Murid berarti mengikuti dengan
persis apa yang diajarkan gurunya. Yang ditekankan Yesus ialah penyangkalan
diri dan memikul salib jika ingin menjadi murid-Nya. Ini berarti menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Tuhan dan patuh terhadap perintah-Nya serta
mengesampingkan keinginan diri sendiri.
Dalam
makalah ini penulis mencoba menerangkan misi melalui pemuridan dan
syarat-syarat menjadi murid Yesus dengan dasar Alkitab Matius 16 : 24-26 dan
Matius 28 : 18-20.
PENJELASAN TEKS
Matius 16 : 24-26
16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku. 16:25
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya;
tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh
dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai
ganti nyawanya?
Ayat ini pararel dengan Markus
16:34-38 dan Lukas 9:23-27. Jelas bahwa ayat ini dari sumber Markus, karena
hanya terdapat pada kitab tersebut dan tidak dapat dalam kitab Yohanes. Yesus
menunjukkan bahwa mengikut Kristus mencakup menjalankan kehendak Allah sebagai
salib mereka mengikut Dia. Yesus berjanji memberi upah kepada setiap orang
sesuai dengan komitmen mereka kepada Yesus[1].
Matius mengutip ini dari Mazmur 62:13 (dan
dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang
menurut perbuatannya).
Jalan
yang harus ditempuh para murid haruslah sama dengan jalan yang ditempuh
gurunya. Menyangkal diri berarti berkata tidak kepada keinginan berdiri
sendiri, tapi hidup berdasarkan ajaran guru-Nya. Memikul salib berarti orang
akan mendapati dirinya yang sebenarnya apabila meninggalkan sifat bergantung
pada dirinya sendiri dan mencari kepentingan diri sendiri demi nama Kristus.
Perbandingan apapun tidak dapat diadakan antara apa seseorang dan apa yang
dimilikinya.[2]
Semua
yang dikatakan Yesus berkaitan erat dengan dirinya. Ia adalah bukti nyata dari
ucapan-Nya tersebut. Ia menyampaikan Injil kepada murid-murid-Nya, kemudian
murid-murid-Nya menyampaikan kepada orang lain. Yesus taat kepada kehendak Bapa
di Sorga, mengesampingkan keinginan-Nya dan mengikuti kehendak Bapa di Sorga
yaitu memikul salib. Ia telah kehilangan nyawa-Nya di kayu salib dan upah yang
dijanjikan Yesus juga terbukti bagi diri-Nya sendiri ketika Ia terangkat ke
sorga. 16:19
(Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian
kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah).
Hal
seperti di ataslah yang dikehendaki Yesus kepada murid-murid-Nya. Menyangkal
diri dan memikul salib. Memikul salib berarti menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Tuhan, mengutamakan kehendak Tuhan, mengesampingkan kehendak diri
sendiri dan rela menderita demi Tuhan Yesus. Hal tersebut merupakan salib yang
harus dipikul sebagai konsekuensi seorang murid.
Matius 12 : 18-20
28:18
Yesus mendekati mereka dan berkata:
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 28:20 dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Kata
matheteuein (menjadikan murid) paling menonjol dijumpai dalam Amanat Agung.
Kata ini merupakan perintah dan kata kerja utama dalam Amanat Agung serta inti
dari pengutusan tersebut. Kedua kata partisipnya “membaptis dan mengajar” jelas
berada di bawah kata “menjadikan murid” dan menggambarkan bentuk dan proses
pemuridan yang harus terjadi.[3]
Kata
matheteuein berasal dari kata mathetes yang berarti murid. Kata mathetes banyak
terdapat dalam Injil Sinoptik dan Kisah Para Rasul. Kata ini satu-satunya nama
bagi pengikut Kristus dalam kitab Injil. Ada perbedaan makna kata mathetes
antara menurut Matius dan menurut kitab Injil lainnya dan Kisah Para Rasul.
Menurut Matius, kata “murid” tidak hanya mengacu kepada dua belas murid Yesus,
saja seperti terdapat dalam Markus dan Lukas. Meskipun ketika kata “murid”
digunakan diduga merujuk pada kedua belas muird Yesus. Namun menurut Matius,
para murid pertama merupakan prototipe bagi gereja. Dengan demikian istilah
tersebut meluas hingga mencakup “murid” Matius sendiri. [4]
Yesus
Kristus telah memperoleh kuasa yang universal dari Bapa di Sorga. Kuasa Tuhan
yang universal membawa tugas yang universal pula bagi para murid untuk
mengabarkan Injil. Inilah yang menjadi tugas para murid Yesus, agar
semua orang menjadi murid-Nya dan percaya kepada-Nya, serta agar semua orang
diselamatkan.
ANALISA
Matius
16 : 24-26 menyakan syarat menjadi murid Yesus. Yesus mengatakan hal ini kepada
murid-murid-Nya, terutama pada Petrus, (karena pada saat itu Petrus berpikir
hal yang bertentangan dengan kehendak Allah), agar mereka sungguh-sungguh
mengikut Dia. Tujuannya ialah agar mereka paham konsekuensi mengikut Yesus
dalam kerangka penyelamatan umat manusia. Selanjutnya para murid mau dan mampu
melakukan apa yang Yesus katakan. Kesungguhan mengikut Kristus akan mendatang
kebahagian yang sejati. Yesus mengajar dengan narasi, perumpamaan dan perbandingan. Di balik
semua dikatakan Yesus ada makna yang tersembunyi, yang kadang tak dimengerti
oleh para murid-Nya. Dalam ayat ini Yesus juga mengatakan apa yang akan terjadi
pada diri-Nya sendiri, sebagai contoh nyata dari yang Ia katakan. Jadi Yesus
juga mengajar melalui pola hidup-Nya sendiri.
Matius
28 : 18-20, ayat ini dikenal dengan nama Amanat Agung yang dikatakan Yesus
sebelum Ia naik ke sorga. Di situ dinyatakan dengan jelas bahwa Yesus yang
telah menyandang segala kuasa mengutus
para murid-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya. Ada proses pararel
antara misi Yesus dengan misi para murid yang harus diteruskan dengan tugas
pokok pewartaan “Kerajaan Allah.” Tugas ini harus dijalankan bukan hanya
melalui ortodoksi, tetapi lebih-lebih dengan cara ortopraktis. Misi
pertama-tama bukan untuk mengumpulkan anggota gereja , tetapi untuk menjadikan
orang murid Kristus. Kemuridan yang dimaksud di sini ialah melaksanakan
ajaran-ajaran Yesus yang telah dicatat oleh penulis Injil secara terperinci
dalam Injilnya. Kemuridan melibatkan suatu komitmen pada pemerintahan Allah,
pada keadilan, kasih, dan pada ketaatan kepada seluruh kehendak Allah. Menurut
Amanat Agung, Matius tidak mungkin melakukan pemuridan tanpa menyuruh mereka
mempraktekkan panggilan Allah untuk melakukan keadilan bagi yang miskin.[5] 28:20a
(dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu).
Pada
zaman Matius, murid-muridnya meneladani murid-murid Yesus yang pertama, seperti
halnya murid-murid yang pertama meneladani Yesus. Menurut Matius, hubungan
antara murid-murid Yesus dengan Yesus bukan sekedar masalah para murid harus
mengajar apa yang diajarkan Yesus
ataupun mereka menjadi reken-reken sekerja Yesus dan bukan semata-mata
utusan-Nya. Tapi ada suatu hubungan dan solidaritas yang lebih mendalam. Apa
saja yang berlaku bagi Yesus juga berlaku bagi para murid. Yesus dan
murid-murid-Nya sama-sama menderita dan sama-sama memiliki kuasa missioner.[6]
Kehadiran
Yesus yang menetap dihubungkan erat dengan keterlibatan para pengikut-Nya di
dalam misi. Ketika menjadikan murid, membaptis dan mengajar mereka tahu bahwa
Yesus tetap bersama para pengikut-Nya. (Matius
28 : 20b Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman). Yesus tetap hadir dengan murid-murid-Nya, mereka keluar untuk
menjalankan misi. Kuasa Yesus yang
bangkit yang universal dan tidak terbatas membangkitkan tanggapan yang
sama-sama universal dan tanpa batas dari para utusan-Nya. Misi adalah suatu
konsekuensi logis dari penobatan Yesus sebagai Tuhan yang berdaulat atas seluruh
alam.
Dalam
proses pemuridan kita mereview cara-cara Yesus mengajar. Dari awal ia memilih
dan memanggil murid-murid yang pertama (Simon dan Andreas). Banyak metode yang
digunakan Yesus, bukan hanya untuk mengajar murid-murid-Nya, tetapi juga orang
lain yang mau mendengar Yesus. Metode-metode ini juga digunakan oleh
murid-muri-Nya dalam rangka pemuridan selanjut-Nya.
Ø Dari
cerita-cerita Injil kita dapat mengetahui bahwa Yesus sering kali pergi ke
sinagoge pada hari sabat dan diberikan kesempatan untuk mengajar jemaat. Sering
juga pengajaran Yesus menjadi bahan percakapan bersama dalam
pertemuan-pertemuan itu.[7]
Ø Pengajaran
Yesus juga melalui percakapan-percakapan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Misalnya percakapan dengan perempuan Samaria (Yohanes 4 : 1-26).
Juga ketika Yesus berbicara dengan seorang ahli Turat yang mencobai Dia (Lukas
10 : 24-37).
Ø Yesus
juga sering mengajar melalui perumpamaan yang menimbulkan kreatifitas orang
lain. Ia sering membimbing orang yang bertanya kepada-Nya untuk menemukan
sendiri jawaban pertanyaan, dengan membalikkan pertanyaan kepada si penanya[8].
Misalnya dalam Lukas 10 : 24-37, ahli taurat tersebut menemukan sendiri jawaban
dari pertanyaannya, setelah Yesus bercerita dengan perumpamaan orang Samaria
yang baik hati. Atau dalam Matius 21 : 28-32, para imam kepala dan tua-tua
Yahudi menemukan jawaban sendiri setelah Yesus mengatakan perumpamaan tentang
dua orang anak. Masih banyak perumpamaan-perumpamaan lainnya yang digunakan
Yesus sebagai cara untuk mengajar.
Ø Jika
banyak orang datang mengerumuni Yesus, maka Yesus akan duduk dan mulai mengajar
mereka. Cara ini telah lama dalam lingkungan masyarakat Yahudi, dimana para
murid mengerumini rabinya yang sedang duduk ambil mangajar. Matius 5:1 (Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan
setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya). Atau dalam Matius
13:2 (Maka datanglah orang banyak
berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk
di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di panta)
Ø Yesus
juga mengajar melalui penyembuhan, muzijat-muzijat, pengusiran roh jahat. Ini
mengajarkan bahwa iman dan percaya kepada Kristus akan menyelamatkan. Misalnya
dalam Markus 5 : 1-20, setelah Yesus
mengusir roh jahat dari orang Gerasa, ia ingin menyertai Yesus sebagai
pengikut-Nya (murid).
Ø Cara
yang riil ialah dari pola hidup Yesus sendiri, yang Ia ajarkan kepada
murid-murid-Nya.
Amanat
Agung pertama-tama ditujukan Yesus kepada murid-murid-Nya yang melihat Dia
ketika naik ke sorga. Jadi jelas, bahwa yang sebagai objek ialah Yesus, dan
subjeknya pada masa itu ialah para murid-Nya. Hal ini sebagai kelanjutan dari apa yang telah
diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya. Amanat Agung merupakan bukti keilahian
Yesus yang harus dijalankan oleh murid-murid yang pertama. Amanat tersebut
kemudian di tujukan kepada umat Kristen pada masa itu, yang juga mempunyai
kewajiban untuk mengabarkan Injil kepada semua orang. Pesan “jadikan semua
bangsa murid-Ku” adalah misi selanjutnya, agar tujuan penyelamatan Tuhan Yesus
dapat dirasakan semua orang.
Amanat
ini benar-benar dilaksanakan segera oleh para murid Yesus. Setelah menerima Roh
Kudus, khotbah Petrus yang pertama membawa pertobatan masal. Ini menandakan
kuasa yang universal tersebut. Kisah Para Rasul 2 : 14-40. Kemudian oleh para
murid yang lainnya. Selanjutnya tugas misi keluar dari wilayah Israel lebih dilaksanakan
oleh Paulus, setelah ia bertobat.
Metode
yang dipakai para rasul/murid-murid Yesus, hampir sama dengan metode yang
digunakan Yesus. Mereka memberitakan Yesus di Bait Allah, mengajar banyak
orang, melakukan penyembuhan (Kis. 3 : 1-9). Mengadakan mujizat-mujzat (Kis. 5
: 12). Dan murid-murid makin bertambah, seperti yang diharapkan Yesus. Melalui
cara-cara tersebut banyak orang bertobat dan menyerahkan dirinya kepada Yesus.
(Kis. 6 : 1). Hal ini membuat sedikit kesulitan bagi para rasul, sehingga
mereka memilih tujuh orang murid yang akan melayani orang-orang miskin. Ini
berarti misi pemuridan sudah dilaksanakan, sesuai dengan kehendak Yesus.
REFLEKSI BAGI GEREJA MASA KINI
DENGAN KONTEKS KALIMANTAN
Amanat
Agung yang diucapakan Yesus juga ditujukan pada gereja masa kini, yaitu kepada
setiap orang yang sudah menerima Kristus sebagai juru selamatnya. Orang-orang
yang sudah diselamatkan layak disebut murid-murid Yesus. Sebagaimana yang
diungkapkan Yesus dalam Matius 16 : 24-26, seorang murid harus menyangkal diri
dan memikul salib. Sebagian besar orang-orang percaya masih mau dan mampu
mengabarkan Injil bagi setiap orang. Realita lain ialah dimana banyak orang
Kristen yang tidak mau menderita sebagai konsekuensi seorang murid Yesus.
Banyak orang meninggalkan Yesus karena hal-hal duniawi. Ini merupakan tantangan
bagi misi pemuridan masa kini.
Dalam
konteks Kalimantan khususnya GKE, misi pemuridan sebenarnnya sudah dimulai
sejak zending Barmen datang ke Kalimantan pada tahun 1835. Zending mula-mula
mendirikan pusat pengobatan dan pendidikan, karena masyarakat Dayak diliputi
buta huruf dan kesehatan yang buruk. Pada tahun 1846 ada kurang lebih 400 orang
murid di sekolah yang didirikan para zending. Para murid ialah kaum anak-anak,
mereka mulai mengerti kebenaran Injil, lalu mereka membawa ketengah keluarga
dan orang tua mereka.
Usaha-usaha persekolahan lebih banyak artinya. Pada tahun 1846,
ternyata sudah ada kurang lebih 400 murid. Kebenaran-kebenaran Injil lambat
laun dapat dimengerti oleh anak-anak ini dan mereka yang membawa terus ke
tengah-tengah keluarga dan orang tua mereka.[9]
Pada
tahun 1932 juga dimulai pendidikan teologi di Banjarmasin, mengingat makin
banyak orang Dayak yang menjadi Kristen, namum belum ada pendeta yang bersuku
Dayak. Tiga tahun kemudian ditahbiskan lima orang pendeta Dayak pertama. Ini
merupakan hasil dari pemuridan yang dilakukan para zending. Penyelenggaraan
sekolah ini langsung di bawah wewenang zending Basel, baru pada tahun 1948
terjadi perubahan mengenai bentuk penyelenggaraan sekolah ini, yang langsung di
pegang oleh Majelis Sinode sendiri, yang bertugas memanggil dan menetapkan
rektor, serta gurunya. Demikian pula halnya dengan penerimaan siswa-siswwanya.[10]
Usaha-usaha lain juga seperti diselenggarakannya kursus-kursus teologi yang
dilaksanakan di Mandomai pada tahun 195-1955. Di didirikannya sekolah Alkitab
pada tanggal 3 Februari 1958 di Mandomai. Dengan demikian pemuridan yang
dilakukan para zending akan berkesinambungan, dimana para pendeta Dayak akan
menginjili sesamanya, agar ia menjadi murid Tuhan Yesus pula.
Hingga
sekarang misi pemuridan ini tetap dilaksanakan. Secara formal melalui Yayasan
Pendidikan Teologi. Baik pendidikan tingkat dasar, menengah, ataupun perguruan
tinggi. Lulusan pendidikan teologi ini kemudian mengabarkan Injil ke
jemaat-jemaat. Sehingga ilmu yang didapat dibagikan kepada orang lain, serta
tujuan utamanya ia pelaksanaan Amanat Agung dari Tuhan Yesus. Orang yang tidak
mengenyam pendidikan teologipun mempunyai tugas yang sama, yaitu memjadikan
semua orang murid Yesus, karena tugas penginjilan merupakan tugas semua orang
percaya.
Ada
juga pemuridan secara informal, yaitu melalui Pendalam Alkitab atau yang sering
disebut Kelompok Tumbuh Bersama. Gerakan ini seperti gerakan pinggiran, karena
tidak banyak orang yang ambil bagian dalam pelayanan ini. Meskipun ada badan
khusus yang memegang kelompok ini yaitu PERKANTAS, namun pelayanan ini masih
belum banyak mendapat perhatian. Padahal kelompok ini berfungsi cukup efektik
dalam hal pembinaan iman dan perkembangan spiritual, karena setiap anggota bisa
lebih aktif dan secara bebas menyampaikan masalah, gagasan, pergumulan dan
sebagainya dengan konsekuensi tertentu. Biasanya setiap kelompok akan
didampingi oleh seorang pembina. Jika anggota telah mencapai tingkat tertentu,
maka ia akan memuridkan orang lain, yaitu orang-orang yang akan dibina
kemudian.
Ada
beberapa tantangan bagi GKE dalam misinya di Kalimantan, baik misi pemuridan
maupun misi lainnya, diantaranya :
1. Agama
Islam
Agama
Islam datang lebih dahulu ke Pulau Kalimantan, jauh sebelum datangnya agama
Kristen. Sehingga masyarakat Kalimantan mayoritas beragama Islam. Ajaran Islam seperti
sangat menarik bagi masyarakat Kalimantan. Karena syarat-syaratnya mudah, lebih
terbuka kepada budaya orang Dayak (hal yang berbau mistis dan magis). Dalam hal
mempeoleh pengakuan, memperoleh pekerjaan, peluang berkarir di pemerintahan dan
lain sebagainya juga lebih terbuka jika beragama Islam. Hal inilah yang
menyebabkan banyak orang Kristen meninggalkan Kristus, dan memilih masuk Islam.
Ini adalah tantangan terberat misi gereja di Kalimantan. Orang Kristen sering
mendapat perlakuan yang tidak baik, terjadi diskriminasi dan pembatasan ruang
gerak.
2. Sekulerisme
Kemajuan
zaman dan teknologi di era post modern ini juga turut mempengaruhi misi gereja
masa kini. Di Kalimantan sudah tersedia berbagai fasilitas kehidupan, lapangan
pekerjaan yang layak, kemajuan IPTEK, sehingga ada anggapan bahwa orang mampu
hidup tanpa beragama dengan taat atau tanpa beragama sama sekali. Hal ini
membuat orang tidak tertarik pada ajaran Kristen.
3. Budaya
dan Agama Suku
Ada
budaya Dayak yang tidak bisa diterima oleh ajaran Kristen, misalnya penggunaan
jimat, magis, ilmu-ilmu hitam yang diajarkan agama Kaharingan. Ada banyak orang
Dayak yang tidak mau menerima Kristus karena kekristenan menolak hal-hal
tersebut.
4. Munculnya
Ajaran-Ajaran yang Mengatasnamakan Kristen
Munculnya
ajaran-ajaran baru yang tidak pasti menimbulkan pengaruh besar kepada misi
gereja. Biasanya aliran-aliran ini mempengaruhi orang-orang Kristen sendiri
yang berbeda aliran. Misalnya Saksi Yehova dan Mamagista.
Paling
tidak empat tantangan ini yang merintagi misi gereja di Kalimantan, dan mungkin
masih banyak tantangan lainnya. Bagaimanapun banyak tantangan yang merintangi,
namun misi Kristus di Kalimantan tetap dilaksanakan oleh orang-orang percaya.
Walaupun sulit untuk mejalankan misi ini. Menjadikan murid, membaptis,
mengajarkan melakukan, itulah tugas misi yang diemban. Namun sebagaimana janji Tuhan
Yesus yang menyertai sampai kesudahan zaman, maka segala sesuatu akan bisa
diatasi oleh semua orang yang ambil bagian dalam misi Kristus.
LITERATUR
Walvood,
John F, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998.
Wiseman,
Donald J, dkk, Tafsiran Injil Masa Kini 3 Matius-Wahyu, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1982.
Bosch,
David J, Transformasi Misi Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Woga,
Edmund, Dasar-Dasar Misiologi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002.
Wahono,
S. Wismoady, Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia,1986.
Ukur,
Fridolin, Tuaiannya Sungguh Banyak, Sejarah GKE Sejak Tahun 1835, Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1960.
Alkitab
Terjemahan Baru, TB LAI 2010.
[1] John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat
Alkitab, Every Prophecy of The Bible (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998), hal
461
[2] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Matius-Wahyu,
Berdasarakan Fakta-Fakta Sejarah Ilmiah dan Alkitabiah, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1982), hal 103
[3] David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen,
Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah Dan berubah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1997), hal 114
[4] Ibid, hal 115
[5] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002), hal 85
[6] David J. Bosch, Transformasii Misi Kristen,
Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah Dan berubah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1997), hal 116
[7] S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan,
Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1986), hal 387
[8] Ibid, hal 388
[9] Fridolin Ukur, Tuainnya Sungguh Banyak,
Sejarah GKE Sejak Tahun 1835, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1960), hal 11
[10] Ibid, hal 84-89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar