Misisiologi
1. Lima
prinsip teologi misi dalam Perjanjian Lama ialah :
v Universalisme
Kitab Kejadian 12 menunjukan panggilan
Allah atas Abraham untuk meninggalkan Ur-Kasdim, untuk pergi meninggalkan sanak
keluarga dan familinya. Abraham dipanggil dan dijanjikan untuk menjadi berkat
bagi bangsa-bangsa dibumi. Pemilihan Allah atas Abraham dan keturunannya ( umat
Israel ), menandakan bahwa Allah ingin agar seluruh bumi diselamatkan dengan
hidup sebagaimana contoh yang diperagakan oleh Abraham dan keturunannya sesuai
dengan apa yang telah Allah perintahkan kepada mereka. Jadi melalui hidup
Abraham dan bangsa Israel Allah ingin agar bangsa-bangsa diselamatkan dengan
menjadikan Israel sebagai contoh. Pemilihan atas Israel adalah jalan yang
ditempuh Allah untuk mencapai tujuan-Nya, yaitu pengakuan nama-Nya oleh
sekalian bangsa-bangsa.
v Eskhatologia
Yesaya 66 mengungungkapkan aspek
eskhatologis, bahwa bangsa-bangsa suatu masa akan berduyun-duyun untuk datang
ke Sion. Jadi didalam pengharapan itu ada banyak hal yang terlibat, yakni janji
dan seruan, indikatif dan imperatif ( perintah ). Jadi ada pengharapan bagi
bangsa lain tentang keselamatan dengan menjadikan Israel sebagai contoh.
v Mesianis
Pengharapan Israel menurut Arie De
Kuiper dalam buku Missiologia tentang
Mesias ini, bahwa selalu dikaitkan dengan Hamba yang menderita ( Yesaya 40-55
).[1]
Masa depan untuk kembali kepada Allah adalah melalui sengsara, dalam hal ini
kesengsaraan akan diwakili oleh umat Allah yang patuh, dan nantinya akan
diwakili oleh seorang hamba Allah yang patuh yakni Mesias. Jadi pengorbanan
mesianis itu diderita sebagai ganti orang Israel, dan kemudian Israel
menggantikan bangsa-bangsa. Jadi tugas utama dari hamba itu ialah menderita
untuk meneguhkan pengharapan Israel tentang keselamatan. Jadi ada masa depan
yang baru bagi Israel dan bangsa-bangsa lain. Israel menjadi contoh untuk
bangsa-bangsa lain.
v Misi Penciptaan
Ketika awalnya Allah menjadikan semuanya
dengan baik dan manusia amat baik untuk mengemban tugas sebagai pemelihara dari
semua karya Allah, yang kemudian “dirusak” oleh manusia itu sendiri dengan
berbuat dosa. Dalam hal ini Israel dipanggil untuk mengharapkan dan
memperjuangkan suatu kerajaan damai bagi seluruh dunia. Dengan demikian
pengharapan lahirnya langit yang baru dan bumi yang baru yang merupakan
anugerah kepada seluruh ciptaan yang percaya kepada Allah Israel.
v Misi Rekonsiliasi
Dalam hal ini digambarkan dalam
perjanjian Allah dengan Nuh (
Kej 8:21 - 9:1 ), ini merupakan pembaruan perjanjian antara Allah dengan
manusia ketika Allah mengatakan bahwa Ia tidak akan memusnahkan manusia karena
kesalahan yang ditimbulkan hatinya. Dalam Kej 9 : 1, Nuh yang menjadi nenek
moyang umat manusia mendapatkan berkat dan pendamaian
dari Allah atas inisiatif Allah sendiri, sehingga manusia bisa diterima kembali kedalam hubungan
dengan Allah.
2.
Misi adalah : Tindakan Allah untuk mentransformasikan dunia ciptaan-Nya
termasuk manusia yang sudah jatuh kedalam dunia kegelapan ( dosa ), misi
identik dengan perutusan. Misi dalam Alkitab menunjukan bahwa mulai dari PL
sampai kepada zaman PB perutusan tersebut berlangsung untuk mewujudkan
motif-motof misi yang sebenarnya yakni : motif pertobatan ( Yes 55: 7 ),
bertujuan untuk mengembalikan manusia ke pemerintahan Allah secara rohani yang
tidak individualistis sehingga menjadi keseluruhan jiwa yang diselamatkan .
Motif ( eskhatologis Yes 55-65 ),
menjadikan orang-orang berpengharapan akan pemerintahan Allah sebagai suatu
realitas masa depan. Motif filantropis ( Yer 22 : 3,4) yang
bertujuan menantang gereja untuk mengusahakan keadilan dunia, menyamakan dengan
pemerintahan Allah dengan suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera.
3.
Paradigm-paradigma Misi Menurut :
a.
Matius
:
·
Pemuridan, ( Mat 28 : 19 ).
·
Membabtiskan,
·
Mengajarkan, menjadikan murid dengan
dibabtiskan dalam nama Yesus dalam versi Matius harus seiring dengan
mengajarkan murid tersebut untuk melakukan, Matius 28 : 20 “Ajarlah mereka melakukan sesuatu yang Ku
perintahkan kepadamu.
b.
Lukas
:
·
Solidaritas kepada kaum miskin (
keadilan )
·
Kesaksian iman kepada seluruh bumi ( kamu adalah saksi dari semuanya ini, Lukas
24 : 48 )
·
Pertobatan, pengampunan ( tiada lagi
pembalasan) dan keselamatan. Luk 24 : 48.
c.
Paulus
:
·
Gereja sebagai Paguyuban Baru, mengatasi
agar tidak ada lagi perpecahan dan pemisahan.
·
Misi kepada orang Yahudi.
·
Misi dalam konteks kemenangan Allah yang
akan segera tiba.
4.
Maksud dari Misi :
·
Penciptaan
ialah,
Allah memiliki rencana untuk segenap ciptaan, dengan demikian manusia juga
termasuk didalamnya, termasuk dalam rencana penyelamatan yang oleh inisiatif
Allah sendiri, yang menyebabkan Ia berjanji akan memperbaharui ciptaan dengan
meberikan langit yang baru dan bumi yang baru, yang oleh umat Allah
diperjuangkan dalam sebuah pengharapan
dengan percaya kepada-Nya.
·
Rekonsiliasi : Ini merupakan
sebuah misi untuk mendamaikan atau mengembalikan relasi yang telah dirusak oleh
manusia dengan Allah. Dalam hal ini Allah sendirilah sebagai dasar
rekonsiliasi, yang mendamaikan diri-Nya dengan manusia, dan mendamaikan manusia
dengan sesamanya, dan juga dengan ciptaan yang lain, seghingga akhirnya “Perdamaian taman Eden dan kerukunan alam semesta dan
keadilan untuk mereka yang tertindas akan diadakan kembali (bdk. Yes 11:1-9 ): "Serigala
akan tinggal bersama domba, dan mancan tutul akan berbaring di samping
kambing" (Yes 11:6).
5.
4 Tantangan misi abad ini yang sesuai dengan konteks
Kalimantan ialah :
v Pluralisme,
yang sangat cepat berkembang menjadikan misi terbatas, karena upaya menjalankan
misi Kristen terbentur dengan agama-agama lain dan juga masyarakat yang
memahami kebebasan untuk beragama, dan menganut kepercayaan, ini sebuah
tantangan bagi misi di Kalimantan yang tentunya pasti menemukan kemajemukan
kultur masyarakatnya.
v Kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pada dasarnya ini sangat positif dan sangat
membantu. Tetapi jika pelaksanaan misi dibiasakan menggunakan media-media yang
modern akan menyebabkan ketergantungan kepada teknologi tersebut. Akan menjadi
masalah ketika pelayanan dilaksanakan di daerah pedalaman.
v Melaksanakan
misi di Kalimantan akan berjumpa dengan keaslian cultural masyarakatnya. Tidak
sepenuhnya mereka bisa menerima gaya “Barat” yang umumnya dipakai gereja. Oleh
sebab itu, kadang-kadang kita ingin mempribumikan ajaran agar menyatu dengan
cultural, tetapi malah akan menjadi masalah karena akan timbulnya singkretisme
apabila kita kurang dalam hal sosialisasinya.
v Gereja
biasanya hanya cukup dengan membaptiskan saja, dan menjadikan orang lain
Kristen, kemudian “dibiarkan” tanpa ada pembinaan yang disebabkan kurangnya
tenaga pelayanan.
Sumber
Bacaan :
Ø Kuiper,
de Arie. (2004) MISSIOLOGIA. Jakarta.
BPK Gunung Mulia.
Ø Stott,
John R.W. ( 2007 ) Misi Menurut
Persfektif Alkitab. Jakarta. Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Ø Bosch
J, David Transformasi Misi Kristen, Jakarta.
BPK Gunung Mulia 1997
Ø Alkitab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar