Nama :
Hendri
NIM :
10. 15. 52
Mata Kuliah : Homiletika
Dosen Pengampu : Pdt. DR. Keloso. S. Ugak
Khotbah Dalam Konteks Ibadah
Pemberkatan Pernikahan
Kejadian 2:18-25
Bapak Ibu, Saudara, Saudari sidang
jemaat yang dikasihi Tuhan, pada hari
ini kita sedang berkumpul ditengah kebahagiaan kedua saudara kita ini yang
sebentar lagi akan diteguhkan dalam pernikahan yang kudus. Melalui perenungan
firman Tuhan saat ini saya mau mengajak kita sekalian untuk melihat apa yang dipahami
oleh iman kita tentang pernikahan, :
Khotbah :
Allah tahu bahwa tidak baik jika
manusia itu hidup seorang diri saja, dan oleh karena itu Allah menjadikan bagi
kita seorang penolong yang sepadan dengan kita. Tetapi yang sering menjadi
persolan bagi kita ialah “Pencariannya.” Didalam pembacaan Alkitab kita hari
ini pada ayat yang ke 20 menceritakan, Adam juga sempat mencari kemana-mana,
bahkan sempat melihat diantara kawanan binatang, tetapi dia tidak menemukan
penolong yang sepadan itu.
Jadi apa artinya ? artinya ialah bahwa Adam
butuh waktu untuk menemukan rancangan Allah atas jodohnya itu. Kuncinya disini
ialah bahwa Allah menunggu saat yang terbaik untuk memberikan kita jodoh yang
terbaik pula, jadi selain kita berusaha mencari dan menemukan ada satu hal lagi
yang kita tunggu ialah waktu yang tepat.
Saat
ini bapak ibu sidang jemaat yang dikasihi Tuhan,,kedua saudara yang dihadapan
kita pada saat ini yang sedang kita saksikan dalam rangka pemberkatan
pernikahan, tampaknya telah berhasil melalui usaha-usaha tersebut dan kemudian waktu
mereka telah tiba untuk dipersatukan sehingga masing-masing dari mereka berdua
boleh mengatakan “Inilah dia” tulang dari tulangku dan daging dari dagingku,
sebagaimana Adam juga berkata demikian ketika ia bertemu dengan Hawa yang merupakan
penolong yang Tuhan berikan baginya.
Ungkapan
“Inilah dia” merupakan sebuah ungkapan yang mereka nyatakan kepada keluarga dan
seluruh kerabat, dan kita semua sebagai sidang jemaat Tuhan ketika mereka sudah
merasa siap dan saling menemukan penolong yang sepadan dalam diri pasangan
mereka.
Ungkapan
itupun berarti ada keyakinan, ada iman,
ada kepercayaan didalam diri mereka berdua bahwa ketika mereka bersama, hidup
mereka menjadi semakin lengkap, semakin, semakin baik dan semakin sempurna.
“Ada sebuah lagu yang mengatakan
bahwa berdua denganmu pasti lebih baik”
Kita bisa melihat dalam ayat 24. Oleh sebab
itu seorang laki-laki akan meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan
isterinya sehingga mereka menjadi satu daging.
Sangat menarik tentunya bapak ibu,
saudara, saudari, bahwa mereka berdua akan menjadi satu daging. Kita akan
melihat bagaimana proses yang dua itu bisa menjadi satu, karena kita menyadari
bahwa dalam rumus matematis satu + satu pasti dua. Tapi dalam pernikahan ini
kita sering mengatakan “demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu”. Ini
ahanya bisa terjadi karena ketika bersama masing-masing dari mereka harus
meninggalkan bagian-bagian tertentu dari dirinya. Yang dikatakan sebagai bagian
tertentu itu ialah sikap keegoisan, yang ketika ia masih sendiri dulu ia bisa
makan dimana ia mau makan, tetapi sekarang itu harus ditinggalkan karena
mungkin ia akan makan menunggu isterinya atau suaminya juga makan. Bagian
tertentu itu juga ialah sikap ketika ia harus melupakan kesenangan pribadinya
demi keluarganya, demi isteri/suaminya. Demikianlah mereka ketika sudah menikah
harus rela kehilangan bagian –bagian yang negatif yang berupa keegoisan,
kesenang-senangan semu, dan juga rasa lebih tinggi daripada yang lain dari
masing-masing mereka. Sehingga akhirnya ada bagian - bagian yang lainnya yang
merupakan sisi baik yang tidak dibuang itu menjadi dipersatukan menjadi satu
dalam suatu persekutuan melalui pernikahan yang kudus ini sehingga terjadilah
penyatuan yang sempurna antara kedua insan ini, dan itulah yang mau dikatakan
melalui ayat 24 dari bacaan kita tersebut.
Bapak ibu, sidang jemaat dan kedua mempelai
yang diberkati Tuhan. Melalui firman Tuhan ini, kita tentunya memahami bahwa
makna pernikahan itu merupakan :
Inisiatif Allah sendiri!
Allah yang menginisiatifkan pernikahan sehingga
pernikahahan dengan menyadari bahwa manusia tidak baik bila seorang diri saja.
Sehingga sebuah pernikahan tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang
biasa-biasa saja, kare pernikahan itu adalah kudus. Ada rencana Allah yang
besar melalui pernikahan, yaitu lahirnya manusia-manusia yang baru sehingga
seorang manusia tidak terasing dan seorang diri saja.
Sesungguhnya
Manusia Adalah Mahluk Sosial
Manusia memerlukan pertolongan. Pertolongan yang
dimaksud ialah pelengkap dari ketidak seimbangan yang ada pada diri manusia itu
ketika ia masih sendiri. Ada harapan dan juga kepastian bahwa yang berdua lebih
baik daripada seorang diri.
Pernikahan
Mempersatukan Mereka Dalam Kesempurnaan dan Kesejajaran
Allah mengambil salah satu bagian dari laki-laki
yaitu tulang rusuknya dan menjadikan daripada itu seorang perempuan. Ini
berarti bahwa perempuan juga adalah salah satu bagian dari manusia yang tidak
dapat dipisahkan dan diceraikan dari manusia. Melalui perkawinan, keduanya
digabungkan, dsatukan dan persekutukan sehingga keduanya menjadi sempurna dan
segambar dengan Allah. Laki-laki tidak lengkap jika tak ada perempuan, dan
perempuan juga tak sempurna jika tak ada laki-laki, oleh karena itu bagi
seorang suami haruslah mengasihi isterinya karena ia adalah bagian dari dirinya
juga dan bagi seorang isteri hargailah suamimu karena engkau diciptakan dari
salah satu bagian tubuhnya.
Sebagai umat Allah yang percaya kepada Dia, kita
harus menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa Allah bukan hanya sebagai
perancang pernikahan tetapi juga merupakan pengikat pernikahan itu. Sebuah
pernikahan harus terdiri dari ikatan tiga pribadi berdasarkan dasar pernikahan
itu sendiri, tiga pribadi itu ialah laki-laki, perempuan, dan Allah. Biarlah
Allah menjadi orang yang pertama dalam pernikahan, kita perlu menyerahkan diri
kepada-Nya, biarkan Dia menjadi dasar bagi keluarga yang baru dipersatukan itu.
Dia adalah dasar yang sangat-sangat kuat bagi pernikahan yang merupakan adalah
inisiatif-Nya. Amin.
suatu rahasia besar keduanya menjadi satu daging dalam penikahan kudus seperti yang rasul Paulus katakan dan tuliskan dalam Efesus 5 sebagai gambaran dari jemaat dan Kristus. GBU. thx.
BalasHapus