Rabu, 05 September 2012

Misiologi, Misi adalah Penginjilan Kepada semua Orang



MISI ADALAH PENGINJILAN KEPADA SEMUA ORANG

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS FINAL TEST
SEJARAH MISI
Dosen Pengampu : Pdt. Kinurung Maleh Maden, M.Th, MA.


     

                 Oleh : Hendri
     NIM : 10.15.52






SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN, MEI 2012



Pendahuluan
Misi dan penginjilan merupakan suatu tugas yang gereja tanggapi sebagai amanat atau perintah langsung dari Tuhan Yesus dalam rangka peranannya didunia ini. Alkitab telah banyak memberikan kita catatan-catatan penting tentang bagaimana pergerakan para murid dan gereja mula-mula dalam merespon hal ini. Semua itu dapat kita lihat dalam kitab Kisah Para Rasul dan juga kitab-kitab lain dalam PB bagaimana upaya gereja mula-mula merespon Amanat Agung itu. Masa kini, sebagian dari gereja juga mengakui bahwa tugas menjalankan penginjilan dan misi itu juga dalah tugasnya. Menjadi pokok permasalahan bagi gereja masa kini ialah bagaimana gereja menghadapi tantangan dari dunia dengan kemajemukan yang ada didalamnya, pluralisme, kemajuan teknologi serta peningkatan ilmu pengetahuan yang semakin membuka ruang bagi manusia untuk bergerak dan bertindak dengan gaya post modern seperti sekarang ini. Ini merupakan sebuah tantangan yang sangat luar biasa bagi gereja sebagai subjek misi.
 Berangkat dari kata misi, penulis akan menguraikan sedikit pengertian dari segi etimologisnya. Missiologi berasal dari kata dalam bahasa Latin missio dan bahasa Yunani logos. Mission berarti perutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau tugas khusus untuk dilaksanakan. Logos berarti ilmu atau studi, kata atau wacana, yang dari beberapa pengertian itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa misiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perutusan. Berangkat dari segi etimologis dari kata itu, missiologi kurang lebih bisa diartikan sebagai tugas atau pesan khusus yang harus disampaikan dengan cara yang khusus pula.[1] Dalam rangka merefleksikannya secara teologis maka missiologi tidak hanya ilmu tentang perutusan melainkan juga adalah teologi tentang perutusan karena menyangkut refleksi serta tanggapan ilmiah tentang dimensi iman gereja kepada Allah dan Yesus Kristus serta keterbukaan gereja terhadap dunia. Gereja mengalami bahwa telah dipanggil dalam iman kepada Tritunggal itu dan diutus untuk mewartakan kabar sukacita kepada seluruh suku bangsa sampai ke ujung dunia.[2]  Pekabaran Injil berasal dari Allah (Missio Dei). Keinginan untuk pekabaran Injil dari semula sudah berada di dalam rencana dan tindakan  Allah. Pekabaran Injil bukanlah sebuah gagasan Perjanjian Baru atau beberapa ayat Alkitab saja, tetapi pekabaran Injil terdapat di seluruh Alkitab yang berarti bahwa misi itu merupakan sebuah kebutuhan dan juga tanggung jawab yang sangat besar bagi gereja bagi rencana Allah untuk dunia ini secara holistik.
            Kata misi sangat sering juga kita dengar dalam ruang lingkup gereja, yang berkaitan dengan tugas penginjilan dan pelayanan gereja di tengah-tengah dunia ini. Berangkat dari pengertian misi lalu kaitannya dengan tugas gereja ditengah-tengah dunia ini penulis akan memberikan beberapa gambaran terkait tugas tersebut. Dalam tulisan ini penulis akan menguraikan tentang tugas gereja dalam rangka menjalankan misi dan penginjilan ditengah-tengah dunia ini. Penulis akan berangkat dari misi menurut Amanat Agung dalam Matius 28 : 18-20 yang akan diberikan judul “Misi Gereja Adalah Penginjilan Kepada Semua Orang”. Masa kini, gereja tinggal memelihara dan memupuk jemaat hasil dari penginjilan yang lama, sangat sedikit sekali gereja yang mengutus pendeta atau penginjil ( missioner ) ke daerah-daerah yang benar-benar baru untuk memberitakan Injil atau melaksanakan misi seperti perintah yang disampaikan oleh Yesus dalam Amanat Agung. Menginjil ialah memberitakan Kabar Baik yang mencakup segenap daya upaya gereja dalam rangka memberitakan tentang kasih Allah, tentang dosa manusia yang kemudian melalui kematian Kristus beroleh pengampunan dengan menerima Dia sebagai Juruselamat. Penginjilan adalah berita anugerah bahwa ada pengampunan dosa oleh Allah melalui Yesus yang mati di kayu salib.[3]  Tugas gereja yang merupakan sebagai sarana penginjilan ini, diharapkan bisa dilaksanakan dengan seefektif mungkin agar mencapai sasaran dan tujuan yang telah disebutkan dalam Amanat Agung tersebut. Tugas gereja ialah pergi untuk membaptiskan dan mengajarkan kepada setiap orang, setiap suku bangsa dibumi tentang kasih Yesus yang tidak ingin ada satupun dari umat-Nya yang terhilang dari kawananannya. Oleh karena itu penulis merasa sangat perlu untuk menguraikan bagaimana tugas gereja tersebut, tujuannya, dan metode pelaksanaan penginjilan yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi dan kondisi yang ada, sesuai dengan keadaan masyarakat masa kini.

Misi Allah Melalui Gereja Adalah Penginjilan Kepada Semua Orang
Matius 28 : 19-20
Yesus mendekati mereka dan berkata : “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa disorga dan dibumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

A.    Uraian dan Penjelasan Teks
Edmund Woga mengutip D. Senior dalam bukunya menganilisa bahwa Matius memiliki kecenderungan membagi sejarah penyelamatan Allah dalam tiga periode yakni “masa Israel” yang merupakan kurun waktu antara masa Abraham sampai masa Yohanes Pembaptis. Yang kemudian beralih dengan datangnya Yesus ke dunia yang dibuatnya sebagai periode sentral yakni “masa Yesus”  dan periode ketiga ialah “masa Gereja” dimana gerak Injil mulai beralih, yang awalnya keselamatan itu seolah-olah hanya kepada Israel ( Yahudi ) pada masa ini beralih kepada orang-orang non Yahudi.[4]
Misi dan penginjilan merupakan sebuah tugas esensial gereja, tugas yang khusus, yang harus dilaksanakan dengan khusus pula mengingat bahwa tugas itu ialah perintah dari Yesus sendiri. Jika misi dihubungkan dengan Amanat Agung diatas maka, dapat kita renungkan kesimpulannya bahwa Yesus menginginkan tidak ada satupun dari manusia yang terlewati oleh Injil, baik dari suku atau bangsa manapun juga. Kata semua bangsa ini menyangkut setiap orang, baik itu laki-laki maupun perempuan, miskin-kaya, jadi artinya ialah bahwa Allah menginginkan keselamatan yang holistic atas semua orang. Jika dikaitkan lagi dengan gereja sebagai pengemban atau pelaksana dari Amanat Agung itu, maka dapat kita fikirkan bahwa pernyataan terwujudnya perintah dari misi itu hanya bisa terjadi jika gereja melaksanakan penginjilan keseluruh pelosok, bahkan sampai keujung bumi dengan ketaatan kepada perintah Yesus agar orang-orang yang masih hidup dalam dosa dan belum mengenal Sang Juruselamat itu juga memperoleh berita anugerah melalui Injil keselamatan yang diberitakan.
            Gereja adalah Ekklesianya Tuhan Yesus ( “eklessia” berasal dari bahasa Yunani yang berarti yang dipanggil dari dunia ini untuk menjadi milik-Nya dan berada dalam sesuatu yang sungguh-sungguh ada dan terpisah semata-mata karena pemanggilannya oleh Allah), Stott mengatakan bahwa misi penginjilan yang menjangkau semua orang tersebut merupakan suatu tugas gereja yang sesungguhnya.[5]  Kembali ke kata “ekklesia” dengan melihat dari segi arti maka kita tentunya bisa memahami arti gereja yang sesungguhnya, yakni sebagai gereja yang universal yang artinya kumpulan dari semua orang yang percaya kepada Yesus diseluruh dunia ini.
 Melihat beberapa argument diatas, maka Amanat Agung dapat kita pahami sebagai sebuah landasan atau salah satu dasar misi dan penginjilan bagi kita sebagai gereja, didalam Amanat Agung itu terkandung sebuah rasa kerinduan dari Allah kepada umat-Nya, yaitu agar tak seorangpun dari umat Allah itu terhilang dan binasa. Kita bisa perhatikan perintah-Nya dalam ayat 28 yang berkata Pergilah jadikanlah semua bangsa muridk-Ku”. Dalam perintah tersebut Tuhan Yesus tidak ada kesan sedikitpun untuk membatasi wilayah mana yang harus gereja jangkau dalam menjalankan misi dan penginjilan, juga tidak hanya untuk suku-suku maupun orang-orang tertentu saja, perintah itu mempunyai makna cakupan yang sangat luas, yaitu menjangkau semua bangsa dibumi ini. Yang berarti tidak ada pengecualian dari tujuan misi Allah tersebut, semua orang harus beroleh berita keselamatan.
B.     Analisis Teks Dan Metode Misi Yesus Serta Relevansi Bagi Gereja Masa Kini
            Melalui Amanat Agung ini juga Tuhan Yesus tampaknya memberikan mandat kepada gereja ( para murid ),  agar dalam rangka pelaksanaan misi dan penginjilannya gereja harus memperhatikan hal-hal berikut ini, yakni :
·         Gereja harus aktif . Yesus berkata “pergilah” analisis Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata pergilah ini merupakan sebuah perintah agar berjalan, bergerak maju.[6]  Jadi kita sebagai gereja yang menjadi pelaku misi Allah dan penginjilan didunia ini harus bergerak maju untuk memberitakan Injil kepada segenap bangsa dibumi.
·         Membaptiskan, Yesus memerintahkan untuk membaptiskan. berarti gereja memberikan simbol kelahiran baru yang juga menjadi simbol persekutuan antara umat yang percaya dan menerima Yesus untuk masuk ke persekutuan gereja.
·         Matius 28 : 19,20 . Gereja memuridkan setiap orang yang sudah percaya dan mendidik serta mengajarkan mereka untuk menjadi murid yang taat kepada perintah Tuhan yang sudah ia perintahkan kepada para murid, sehingga terjadi proses pemuridan seperti keinginan Yesus. Kemuridan yang dimaksud ialah melibatkan suatu komitmen manusia untuk taat kepada pemerintahan Allah, pada keadilan dan kasih serta pada ketaatan tehadap seluruh kehendak Allah.[7]
·         Gereja tidak boleh hanya berhenti ke pembaptisan saja, tetapi bagaimana gereja itu sendiri membuat orang yang percaya itu masuk dalam persekutuan umat yang lainnya melalui baptisan. Maka oleh karena itulah Ia berfirman “Baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus ( Matius 28 : 19 )”. Jadi setelah gereja itu menyampaikan misi dan membuat orang mendengar lalu percaya kepada Yesus, pekerjaannya tidaklah berhenti disitu saja, melainkan berkelanjutan dengan mepersekutukan mereka dengan yang lain yang telah percaya melalui baptisan kudus, lalu mendidik mereka sehingga tetap taat untuk menjalankan perintah yang sesuai kehendak-Nya sebagaimana yang Tuhan sampaikan kepada para murid.
Beberapa hal diatas merupakan serangkaian tindakan yang harus gereja lakukan dalam melaksanakan fungsinya ditengah-tengah dunia ini. Hal-hal tersebut juga merupakan tugas yang diberikan kepada gereja, tentu dalam melaksanakan tugas tersebut Tuhan tidak hanya memberikan tugas kepada gereja untuk bekerja sendiri saja. Tetapi Tuhan juga memberikan jaminan bahwa Ia sendiri sebagai pemberi Amanat yang Agung itu tidak akan melepaskan gereja dan “senantiasa menyertai kamu sampai akhir zaman” (Matius 28 : 20). Kita juga bisa melihat beberapa teks yang lain dari Alkitab yang juga mendukung dan memiliki kesejajaran dengan perintah-Nya melalui Amanat Agung tersebut, bahwa ketika gereja melaksanakan misi dan penginjilannya maka :
·         Setelah gereja melakukan penginjilan dan menyampaikan misi-Nya, maka setiap orang yang menerima berita Injil itu lalu percaya dan dibaptiskan orang tersebut akan beroleh keselamatan (bdk. Markus 16 : 16). Ini berarti buah dari misi yang dilakukan gereja adalah keselamatan bagi setiap orang yang percaya.
·         Roh Kudus akan dikirim dan diutus-Nya kepada gereja-Nya yang mengasihi Dia, dan yang selalu memiliki kerinduan untuk melakukan tugas misi dan penginjilan ( bdk. Lukas 24 : 49 ).
Amanat Agung merupakan sebuah gambaran dari tindakan misi gereja. Jadi dapat kita lihat bahwa salah satu contoh dari inti Amanat Agung itu yang sangat membantu kita untuk bisa mempertahankan eksistensi gereja sesuai fungsinya ialah mendekat kearah ungkapan dari Gerber berikut ini : “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku” ialah berarti membawa baik pria, wanita dan semua suku bangsa kepada Yesus Kristus, sehingga mereka percaya dan beriman dan menyerahkan diri sepenuh hati kepada Dia. Ini merupakan proses yang terus-menerus, proses yang mempersekutukan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, menjadikan mereka anggota-anggota gereja yang bertanggung jawab juga untuk memberitakan Injil-Nya dan berbuah. Murid-murid ini pergi untuk menjadikan orang lain murid Yesus, membaptiskan mereka, mengajar serta menggabungkan mereka kepada gereja. Oleh karena itu penginjilan yang tidak mempersekutukan petobat-petobat baru kepada persekutuan gereja setempat tidak bisa dikatakan mencapai tujuan.[8] Penginjilan dan pemuridan ini bertujuan agar setiap orang yang sudah menerima Yesus dan percaya bahwa dirinya telah diselamatkan bisa memahami dengan benar mengapa Allah menyelamatkan Dia. Ini akan menjadi titik tolak bahwa seorang warga gereja yang diselamatkan itu memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan penginjilan lagi kepada orang lain sehingga gereja itu terus bertambah dan eksis menyampaikan karya penyelamatan Allah terhadap dunia.
            Melihat dari uraian diatas penulis ingin mengatakan bahwa “gereja tak pernah bisa  berkembang dan bertahan tanpa misi dan penginjilan”. Penulis memiliki asumsi ini dengan melihat bahwa hubungan antara penginjilan dengan pertumbuhan gereja itu sangatlah erat, sehingga gereja akan mati bila penginjilan dan misi sudah tidak lagi dilaksanakan dengan efektif dan metode yang kreatif. Purnawan menulis sejauh mana keeratan antara pertumbuhan gereja dengan misi dan penginjilan sebagai berikut “Penginjilan adalah motor pertumbuhan gereja, tanpa penginjilan gereja tidak lahir. Penginjilan memiliki peran utama dalam pertumbuhan gereja, pertumbuhan yang dihasilkan ialah pertumbuhan yang sehat. Sehat karena pertumbuhan seperti ini sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki agar jangan ada orang yang binasa, melainkan semua orang bertobat ( 2 PTR 3 : 9 ). Tanpa penginjilan dan misi, gereja akan berhenti untuk bertumbuh, bahkan mungkin dengan segera mati”.[9] Jika sedemikian  penting  peranan penginjilan dan misi dalam gereja, maka ia seharusnya menjadi sebuah elemen penting yang harus dilaksanakan oleh gereja sebagai subjek misi yang berarti juga gambaran tentang sangatlah berat tugas yang harus dilakukan gereja sekarang ini. Sungguh sangat banyak jiwa disekitar gereja yang belum pernah mendengarkan berita Injil. Bagaimanakah respon kita terhadap hal tersebut ?
            Gereja sebagai mandataris Allah yang telah menerima Amanat Agung memiliki tanggung jawab untuk memberitakan Injil kepada setiap orang yang belum selamat. Gereja adalah pengemban tugas menyampaikan Amanat Agung itu. Gereja diutus sebagai suatu subjek yang wajib membagikan keselamatan yang telah diterimanya kepada dunia ini sebagai objek dari misi Allah tersebut. Dunia ini yang adalah objek dari misi gereja berisi masyarakat luas dengan berbagai macam ragam perbedaan dan kemajemukan didalamnya dan gereja tidak bisa dipisahkan dari ha-hal tersebut.[10]
            Sebagai sebuah subjek yang memiliki suatu tujuan terhadap objeknya, apa sebenarnya yang harus kita lakukan sebagai gereja yang memandang  dunia dan masyarakat didalamnya adalah adalah objek ? gereja memiliki kewajiban untuk memahami dan mengenali objeknya secara utuh dan sehingga bisa menetapkan metode apa yang bisa dilakukan dalam rangka melaksanakan misi dan penginjilannya. Alkitab banyak mencatat tentang bagaimana metode yang Tuhan Yesus lakukan ketika Ia melakukan pelayanannya, dan menurut penulis metode-metode tersebut masih relevan jika gereja menerapkannya pada masa kini yang bisa juga ditambah dengan bebagai kreasi sesuai konteks dari objek yang dituju, beberapa metode tersebut ialah :
Ø  Metode kontekstualisasi, yang berarti memahami dan melakukan penelitian kemudian masuk sedalam-dalamnya kedalam objek tersebut, sehingga kita bisa mengetahui dan mengenal mereka dan mereka mengenal kita. Yesus memperlihatkan pemahaman-Nya terhadap itu tersirat dengan kesediaan-Nya datang kedunia untuk lahir diantara manusia, Ia berkomunikasi dengan masyarakat disekitar-Nya dengan menggunakan komunikasi yang mudah dipahami oleh masyarakat. Nah ! sebagai gereja kita sering merasa bahwa kita adalah yang kudus, paling suci dan sudah diselamatkan dan perasaan seperti itu kita bawa ke tengah-tengah masyarakat luas sehingga kita cenderung kurang diterima karena ada kesan menghakimi bahwa apa yang mereka lakukan selama ini salah, ini sering terjadi ketika gereja atau Injil berjumpa dengan kebudayaan masyarakat yang tradisional. Jika kita mau meneladani sikap Yesus yang masuk ketengah-tengah manusia dengan cara manusia, tentu kita akan bisa diterima dengan baik dan Injil yang kita beritakan pasti berhasil.
Ø  Tuhan Yesus tidak hanya diam menunggu agar masyarakat yang diInjili merespon dengan positif Injil yang dibawakan-Nya, tetapi gereja seharusnya aktif  mencari metode yang tepat bagi mereka. Yesus juga pernah mengalami beberapa kali penolakan tetapi Ia tetap berhasil melakukan pelayanan-Nya.
Ø  Gereja harus komunikatif. Gereja tidak pernah mengetahui sejauh mana masyarakat memahami tentang Injil apabila gereja tidak melakukan komunikasi dengan mereka. Tuhan Yesus memberikan contoh bahwa Ia sering mengambil inisiatif untuk melakukan komunikasi dengan masyarakat. Jika gereja bisa bertindak demikian, yaitu mengambil inisiatif untuk berkomunikasi dengan masyarakat, bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan maupun pemberitaan yang dilakukan, tentu gereja akan menemukan cara yang lebih inovatif untuk menyampaikan misinya kepada masyarakat.
Ø  Peka pada kebutuhan masyarakat yang menjadi objek misi, dalam Alkitab dicatat bahwa selama penginjilan-Nya Tuhan Yesus sangat peka sekali terhadap kebutuhan masyarakat disekitarnya, Ia juga seringkali memberikan kebutuhan jasmani pada masyarakat misalnya saja melalui penyembuhan dari penyakit sampai memberi makan lima ribu orang. Dalam hal ini gereja bisa mencontoh dari apa yang telah dilakukan oleh Yesus tersebut, gereja memang tidak mempunyai kuasa untuk melakukan mujizat-mujizat yang langsung jadi seperti yang Yesus lakukan, tetapi gereja umumnya memiliki alokasi dana dari pemerintah dan dari jemaat yang sudah mapan, dalam hal ini uang atau dana itu bisa digunakan untuk menginjili melalui cara membangun sarana-sarana kesehatan didareah yang tidak terjangkau, misalnya pedesaan sehingga sebagimana Yesus menyembuhkan demikian juga gereja bisa meneladani itu dengan mengguanakan fasislitas yang ada sekarang. Dengan uang gereja juga bisa membantu objeknya melalui cara membuka koperasi simpan pinjam untuk masyarakat “miskin” sehingga kebutuhan jasmani dapat dibantu, dengan demikian kehadiran gereja pasti akan mendapatkan respek yang lebih baik dari pada hanya berkhotbah dengan berseru-seru agar dunia ini harus bertobat, tetapi vakum dan tidak melakukan apapun yang bisa dijadikan objek itu sebagai suatu contoh mengapa ia harus menerima misi itu. Gereja juga dirasakan menjadi sahabat dan tempat berteduh yang sungguh-sungguh teduh bagi orang-orang yang dianggap kelas bawah atau miskin.[11]


Kontekstualisasi Bagi Misi Gereja Masa Kini Dalam Konteks Gereja Di Kalimantan
a.      Sekilas Sejarah Penginjilan di Kalimantan
Pulau Kalimantan merupakan suatu bagian dari wilayah pelayanan gereja. Dimulai dengan kehadiran para Zending, (termasuk Zending Barmen)[12] yang membawa berita Injil kepada penduduk pulau ini.
     Tiga poin dari misi yang disampaikan melalui perintahNya dalam Amanat Agung  kepada murid-muridNya, telah dijawab melalui kehadiran para penginjil tersebut dibumi Kalimantan ini. Pergi memberitakan Injil, menjadikan murid dan membaptiskan telah dilakukan sejak awal perjalanan gereja di Kalimantan ini. Tugas yang tidak mudah dilakukan mengingat kenyataan penduduk Kalimantan pada masa awal gereja hadir merupakan kenyataan yang tidak terbayangkan. Orang-orang pribumi sulit menerima pengaruh asing, mereka sangat kuat memelihara tradisi dan kebudayaan nenek moyang. Semua realitas diatas menunjukkan bahwa sesungguhnya pulau Kalimantan ini memang sejak semulanya merupakan bukan daerah yang mudah bagi pekabaran Injil. Tetapi apakah itu mengendurkan semangat para misionaris untuk memberitakan Injil dan kasih Yesus Kristus ? Tidak ! Realitas itu malah mereka melihat bahwa disinilah janji Yesus diwujudkanNya bahwa “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan sekali-kali tidak Aku meninggalkan engkau”.[13] Sejak itulah kita melihat cukup banyak anggota gereja di Kalimantan ini, yang merupakan buah dari semangat para misionaris dan penyertaan Kristus sendiri.
b.      Gereja dan Misinya Masa Kini
Sekarang, tampaknya pekerjaan gereja lebih mudah mengingat keadaan Kalimantan sangat berubah daripada waktu pelayanan yang dilakukan para Zending. Benarkah demikian ? tidaklah seperti yang kita bayangkan, menjalankan misi Amanat Agung di Kalimantan kini menghadapi berbagai tantangan yang luar biasa, gereja harus berhadapan dengan pluralisme masyarakatnya, ini bisa berupa perjumpaan misi Amanat Agung itu dengan agama-agama lain, gereja juga harus menghadapi tantangan masih maraknya penduduk yang mempertahankan tradisi leluhurnya (singkretisme). Kondisi masyarakat yang telah berubah dengan masuknya kemajuan dari sektor teknologi juga menjadi hambatan yang serius. Semua ini disebabkan bahwa kecenderungan masyarakat lebih disibukkan untuk mengikuti arus kemajuan daripada mendengarkan Injil atau tidak tahu-menahu lagi tentang Tuhan (Sekularisme). Demikian juga masyarakatnya yang sudah menjadi anggota gereja juga terlibat dalam mengikuti arus hidup yang semakin berubah dan semakin menuntut, oleh karena itu tugas menginjil yang merupakan urat nadi gereja otomatis hanya dibebankan kepada para pelayan Tuhan saja. Faktor-faktor interim juga menghambat pelaksanaan misi gereja, misalnya gereja tertentu mematok wilayah bagi gereja lain untuk mengabarkan Injil karena wilayah tersebut katanya merupakan wilayah  pula bagi suatu gereja. Sekarang, dengan melihat tantangan-tantangan diatas, sudah sedikit kemungkinan bagi gereja untuk menjadikan “semua bangsa” sebagai murid Tuhan Yesus secara instan. Lalu apa tindakan gereja? penulis melihat bahwa peluang terbesar bagi gereja adalah hanya dengan mempertahankan anggota-anggota gereja dengan pelayanan yang semakin menumbuhkan iman jemaat, disini peran “ajarlah mereka” dalam pesan Yesus sangat bermakna besar. Gereja harus mendidik anggotanya agar menghindari kegoyahan iman, dengan demikian setidaknya gereja masih bisa bertahan dan tetap menjalankan fungsinya sebagai terang dan sumber rekonsiliasi bagi dunia dimana gereja berada. Langkah mendidik jemaat ini juga untuk menghindari kenyataan bahwa banyaknya anggota gereja yang melepas imannya demi dunia ini dengan kegemerlapannya. Misi Amanat Agung secara keseluruhannya yang sepertinya sulit terealisasi di Kalimantan ini tetap akan terwujud jika gereja melakukan pengajaran dan pendidikan yang intens terhadap anggota-anggotanya yang ada, sehingga kesadaran akan tumbuh dari jemaat untuk mempertahakan bahkan menambahkan orang-orang untuk datang dan masuk menjadi anggota jemaat Kristus. Itu semua hanya bisa terlaksana jika setiap kita boleh bekerja dan mengabdi serta sadar bahwa tugas kita harus aktif demi misi Allah atas dunia ini. Dengan terpeliharanya iman anggota gereja yang ada dan dengan adanya pelayanan pendidikan yang intens terhadap jemaat, termasuk membuka kesadaran bahwa setiap oranglah yang menjadi tulang punggung gereja maka pastilah penginjilan kepada semua orang itu akan terealisasi, karena setiap orang sudah sadar akan tugasnya. Gereja memang tengah menghadapi tantangan besar, tetrapi gereja harus tetap semangat, dan ingatlah Firman-Nya bahwa Ia akan senantiasa menyertai gereja-Nya sampai akhir zaman.


Daftar Bacaan :
Alkitab
Conterius, Wilhem Djulei. Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru.  Flores : 2001  Penerbit Nusa Indah.

Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta : 2002, Kanisius.

Graham, Billy. Beritakan Injil. Bandung : 1992, Yayasan Baptis Indonesia.

Stott. John, Satu Umat . Malang : 1990,  Seminary Alkitab Asia Tenggara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia
                                                                      
Bosch, D. J. Transformasi Misi Kristen. ( Jakasrta : 1997, Gunung Mulia.

Gerber, Vergil. Pedoman Pertumbuhan Gereja/Penginjilan. Bandung : 1982 , Penerbit Kalam Hidup.

Tanibemas, Purnawan Pertumbuhan Gereja dan Strategi Penginjilan. Surabaya : 1997. YAKIN.

Wongso, Peter Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini, Malang : 1996, Seminary Alkitab Asia Tenggara
Artanto, Widi. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia Yogyakarta : 1997. Penerbit Kanisius.
Ukur, Fridolin. TuaianNya Sungguh Banyak. Jakarta : 2002. Gunung Mulia.


[1] Wilhem Djulei Conterius, Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru ( Flores : Penerbit Nusa Indah, 2001 ) hal 13
[2] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi ( Yogyakarta : Kanisius, 2002 ), hal 15
[3] Bdk. Billy Graham, Beritakan Injil, ( Bandung : Yayasan Baptis Indonesia 1992 ) hal, 17
[4] Edmond Woga Dasar-Dasar Misiologi ( Yogyakarta : Kanisius, 2002 ),hal 85
[5] John Stott, Satu Umat  ( Malang : Seminary Alkitab Asia Tenggara, 1990 ),hal 10
[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 670
[7] D. J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, ( Jakarta : Gunung Mulia 1997 )
[8] Bdk. Vergil Gerber, Pedoman Pertumbuhan Gereja/Penginjilan. ( Bandung : Penerbit Kalam Hidup, 1982 ), hal 14-16
[9] Purnawan Tanibemas, Pertumbuhan Gereja dan Strategi Penginjilan ( Surabaya : YAKIN, 1997 ), hal 175-176
[10] Bdk. Peter Wongso, Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini, ( Malang : Seminary Alkitab Asia Tenggara, 1996 ), hal 129
[11] Widi Artanto, Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius 1997), hal 220.
[12] Fridolin Ukur, TuaianNya Sungguh Banyak ( Jakarta : Gunung Mulia, 2002) hal 7
[13] Ibid, hal 14

3 komentar:

  1. Bisakah anda menjelaskannya apa faktor- faktor yang menghambat jalannya penyebaran atau mengabari Injil Kristen di Indonesia??

    BalasHapus
  2. Mantap, terima kasih atas penjelasannya. Salam dari Saya mahasiswa STT GKE angkatan 2019

    BalasHapus